Empat unit Mitsubishi Xpander (2 tipe Ultimate dan 2 tipe Sport) di Pantai Sapenan, Lampung Selatan, Selasa, 22 November 2017. TEMPO/Wawan Priyanto.
TEMPO.CO, Jakarta - Mitsubishi Xpander menjadi salah satu primadona pasar otomotif bulan-bulan terakhir ini. Mobil ini cukup laris di pasaran karena dinilai memberi standar baru untuk spesifikasi kelas low-multipurpose vehicle (MPV), segmen kendaraan favorit konsumen Indonesia.
Setelah menyabet penghargaan Favorite Passenger Car dan mencetak lebih dari 5.000 surat pemesanan di GIIAS 2017, peminat Mitsubishi Xpander kian membanjir. Menurut Director of Sales and Marketing Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), Irwan Kuncoro, hingga pekan lalu pemesanan Xpander sudah menembus 30 ribu unit.
Saking banyaknya pesanan, MMKSI lumayan kewalahan. Irwan mengatakan, hingga akhir Oktober, baru 3.000 unit yang dikirim ke konsumen. "Masih sangat sedikit karena pabrik kami belum maksimal," kata dia di kantornya, Rabu pekan lalu. Rencananya, bulan ini MMKSI baru bisa mengantarkan 5.000 Xpander pesanan. Pabrik pembuatan Xpander di Bekasi yang mampu memproduksi 5.000 unit per bulan pun bakal dipacu.
Popularitas Mitsubishi Xpander pada akhirnya memunculkan rasa penasaran, seperti apa kualitas dan performa mobil tujuh penumpang ini. Tempo pun mendapat kesempatan menjajal varian Xpander Ultimate selama tiga hari, pada akhir November 2017. Dalam waktu yang terbatas, kami mencoba merasakan performa Xpander sebagai mobil harian di Jakarta. Berikut ini kesimpulannya:
Eksterior
Garang. Ini kesan pertama kami saat melihat bagian depan mobil itu. Jika memakai velg yang lebih besar, rasanya Xpander sejajar dengan beberapa model sport utility vehicle. Dimensi grille yang menyudut dan tersambung dengan lampu sen "tajam" memperkuat kesan garang. Demikian pula dengan bentuk headlamp besar yang terpasang di bumper. Penempatan headlamp ini unik dan membedakan Xpander dengan mobil-mobil lain. Desain lampu belakang dan punggungnya mengingatkan kami pada Mitsubishi Outlander, meski lampu Xpander cenderung panjang ke atas dan menyatu dengan pilar D.
Mitsubishi Xpander di jalan tol menuju Pelabuhan Merak, Cilegon. Tempo menjajal Mitsubishi Xpander dengan rute Jakarta menuju Lampung, 19 November 2017. TEMPO/Wawan Priyanto.
Dengan velg 16 inci dan jarak muka tanah (ground clearance) 205 milimeter, Xpander tampak paling tinggi dibanding pesaing. Untuk diketahui, ground clearance Toyota Avanza (Daihatsu Xenia) mencapai 200 mm, Honda Mobilo 189 mm, Suzuki Ertiga 185 mm, dan Chevrolet Spin 157 mm. Demikian pula dengan dimensi panjang yang mencapai 4,5 meter, yang memungkinkan ruang kabin Xpander lebih lega ketimbang pesaingnya.
Interior
Memasuki kabin, nuansa terang langsung terasa lantaran hampir semua kompartemen berwarna cerah. Kursi berbahan katun diberi kelir beige, demikian pula dengan plafonnya. Sebagian dari panel pintu dan dasbor bagian bawah juga berwarna terang. Hanya dasbor atas, setir, panel transmisi, dan panel pintu bagian atas yang berwarna gelap. Yang membedakan Xpander Ultimate dengan varian di bawahnya dan pesaing lain adalah pemasangan aksen kayu buatan di beberapa tempat. Selain itu, Mitsubishi memberikan corak jahitan palsu di plastik panel, dari dasbor hingga pintu.
Interior Mitsubishi Xpander tipe Ultimete. (Dok. MMKSI)
Duduk di bangku sopir, kami merasakan posisi mengemudi yang ergonomis. Apalagi setir Xpander memiliki fitur tilt dan teleskopik, sehingga bisa diatur tinggi-rendah atau panjang-pendeknya. Yang membedakan rasa mengemudi Xpander dengan pesaing adalah posisi duduk dan pandangan jendela yang lebih tinggi.
Untuk bagian penumpang, ada kelebihan berupa kursi di baris kedua yang bisa diatur. Ruang kaki pun masih cukup lega, meski kursi itu tak dimundurkan. Di baris ketiga, ruang kaki agak sempit, tapi masih lebih baik ketimbang pesaing. Kelebihan lain Xpander sebagai mobil keluarga adalah banyaknya kompartemen penyimpanan barang di kabin, seperti cup holder, bagasi lapang, dan aneka boks; AC double blower; serta soket listrik 12 volt di setiap baris untuk mengisi baterai telepon seluler.
Fitur kenyamanan dan keselamatan
Mitsubishi menyematkan head unit berlayar sentuh 6,2 inci dengan koneksi Bluetooth, wireless audio, dan koneksi telepon. Fasilitas ini tersambung dengan pengendali volume suara dan sambungan telepon di setir sehingga memudahkan saat berkendara. Agar kualitas audio lebih unggul dari pesaing, Xpander memiliki beberapa unit Tweeter. Head unit ini juga tersambung dengan kamera mundur.
Soket USB di dashboard Mitsubishi Xpander. (dok. MMKSI)
Untuk fitur keselamatan, Xpander relatif lengkap karena, selain ada perangkat standar, seperti dua airbag serta rem antiselip (ABS dan EBD), ada active stability control (ASC) serta hill assist yang memudahkan pengendalian di jalur non-aspal dan terjal. Kami sempat menjajal fitur ini di sebuah lahan proyek properti, dengan tanah berlumpur dan berkerikil. Saat melaju di tanah yang licin, setir Xpander yang ringan masih mudah dikendalikan dan lajunya cukup stabil. Fitur ini yang bisa menempatkan Xpander sejajar dengan beberapa model SUV.
Performa
Dengan mesin MIVEC 4A91 berkapasitas 1.499 cc, Xpander diklaim memiliki tenaga 104 daya kuda dan torsinya 141 Newton meter. Ini lebih rendah ketimbang Honda Mobilio yang memiliki tenaga 118 daya kuda dan torsi 145 Newton meter atau Nissan Grand Livina dengan tenaga 109 daya kuda dan torsi 148 Newton meter. Kami mencoba membesut mobil ini dari 0 hingga 100 kilometer per jam di jalanan kosong dan tercapai dalam waktu 14 detik. Untuk rasio konsumsi bahan bakar, selama perjalanan sore dan siang hari di jalanan Jakarta, rata-rata kami menghabiskan 1 liter untuk 12,5 kilometer.
Harga
Mitsubishi Xpander Ultimate transmisi otomatis dibanderol Rp 245,35 juta (on the road Jakarta). Harganya jauh lebih mahal ketimbang Toyota Grand New Avanza 1,5 G (Rp 220 juta), Toyota Grand New Veloz 1,5 AT (Rp 238,8 juta), New Honda Mobilio RS CVT (Rp 243,5 juta), serta Suzuki Ertiga Dreza (Rp 219,9 juta).