Ilustrasi ban bocor. Januari 2018. TEMPO/Wawan Priyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Hampir setiap pengendara pasti pernah mengalami bocor ban di jalan, baik saat menggunakan sepeda motor ataupun mobil, baik ban berjenis tube maupun tubeless. Untuk pengguna ban tubeless, pengendara seringkali bingung untuk menggunakan metode tambal ban yang bagaimana.
Saat ini ada tiga metode tambal pada ban tubeless, yaitu penambalan dengan sistem suntik dari luar dengan menggunakan lem, penambalan dari dalam dengan sistem press, dan penambalan dengan menggunakan cairan anti bocor dari dalam. Lantas metode mana yang lebih baik?
Baca: Tips Menghindari Ranjau Paku
Menurut Supervisor Training Proban Motorparts, Tommy Bramantya, secara teknis produsen ban sebenarnya tidak merekomendasikan ban untuk ditambal jika mengalami kebocoran. Namun, banyak pengguna yang memperpanjang usia ban bocor tersebut dengan menambalnya.
“Yang paling mudah dan relatif lebih aman adalah menggunakan cairan anti bocor,” ujar Tommy saat ditemui Tempo di PT Proban Ostburg Trisakti pada Rabu, 10 Januari 2018.
Simak: Tip Menjaga Ban Mobil Biar Awet
Menurutnya, cairan anti bocor yang terpasang di dalam ban mampu menutup kebocoran secara merata seiring dengan laju perputaran ban. Jika ban tertusuk benda tajam, pengguna cukup mencabutnya maka cairan akan otomatis menutup kebocoran.
Untuk metode tambal dengan cara press dari dalam, Tommy menjelaskan, hal tersebut akan membuat perputaran ban akan menjadi tidak seimbang.
“Kalau metode press, akan ada bagian karet ban di dalam, membuat beban ban bertambah pada satu titik, hal itu akan mempengaruhi balancing ban,” ujar Tommy.
Simak: 6 Pengecekan Sepeda Motor Sebelum Digunakan untuk Berlibur
Tommy juga menjelaskan, sistem tambal ban tubeless dengan cara ditusuk dari luar akan merusak serat rangka ban. “Secara teknis pabrikan tidak merekomendasikan penambalan dengan cara ditusuk dari luar, karena hal itu dapat merusak rangka pembentuk bannya.”