Nissan Leaf model 2018 diperkenalkan di Chicago Auto Show 2018. Pameran ini dibuka pada 10 Februari 2018. (chicago auto show)
GOOTO.COM, Rosslyn - Mobil listrik Nissan Leaf menjalani ekspedisi menjelajah Benua Afrika. Electric Explorer African Challenge 2018, nama ekspedisi itu, diklaim sebagai ekspedisi kendaraan listrik pertama di seluruh Afrika. Dalam ekspedisi ini, Nissan Leaf sama sekali tidak dimodifikasi. Kondisinya sama persis dengan mobil yang tersedia di ruang pamer.
Di balik kemudi Nissan Leaf generasi sebelumnya adalah pembalap Polandia terkenal, Arkady Pawe Fiedler, didampingi fotografer Albert Wójtowicz. "Bepergian melintasi Afrika mungkin menjadi tes terberat untuk kendaraan apa pun, bukan hanya EV," kata Fiedler, seperti dikutip siaran pers Nissan, Kamis, 22 Februari 2018.
Baca: Menjajal Mobil Listrik Satu Pedal Nissan Leaf
Jalan yang buruk, infrastruktur pengisian yang terbatas, dan kondisi cuaca yang sangat beragam, dari kemungkinan badai khatulistiwa hingga panas teriknya Sahara. Ini hanyalah beberapa tantangan yang harus dihadapi selama ekspedisi.
"Sebagai bagian dari tes, saya sudah melakukan perjalanan lebih dari 4.000 kilometer di Polandia dengan Nissan Leaf, dan saya terkejut dengan rentang perjalanan yang ditawarkan."
Ekspedisi dimulai di Cape Town, pekan lalu, dan akan mengarah ke Eropa, di sepanjang Afrika Barat, melalui Afrika Selatan, Namibia, Angola, Republik Demokratik Kongo, Kongo, Gabon, Kamerun, Nigeria, Benin, Burkina Faso, Mali, Senegal, Gambia, Mauritania, serta Maroko, dan akhirnya melintasi Eropa Barat ke Polandia.
"Nissan Leaf adalah kendaraan listrik paling populer di dunia," kata Dorota Pajczkowska, Manajer PR Nissan Polandia. Generasi pertama model ini diluncurkan di pasar pada 8 tahun lalu.
Simak: Mobil Listrik Nissan Leaf Siap Dibawa ke Indonesia, Ini Syaratnya
Pengendaraan total Nissan EV secara total telah mencapai 3 miliar km tanpa emisi. Selain menjadi kendaraan listrik pertama yang melintasi Benua Afrika, ekspedisi tersebut bertujuan membangun kesadaran akan mobilitas listrik dan teknologi baru yang bersih di antara masyarakat di Afrika, Polandia, dan dunia pada umumnya.
Penting juga untuk menunjukkan bahwa cara untuk memahami dunia dan pilihan manusia, seperti alat transportasi, sangat berdampak pada lingkungan.
"Perhatian terhadap lingkungan, rumah, keluarga dimulai dengan kita—dengan keputusan subjektif kita," kata Fiedler. "Perjalanan juga untuk membuktikan bahwa sering kali sesuatu sepertinya tidak mungkin dilakukan dengan sikap dan determinasi yang diberikan."
Salah satu tantangan besar dalam ekspedisi Nissan Leaf ini adalah untuk mencari soket listrik yang sesuai untuk mengisi baterai. "Kita harus bergantung pada bantuan dari orang-orang yang ditemui di sepanjang jalan. Tanpa dukungan dari orang Afrika, ekspedisi mungkin akan gagal."