Toyota Fortuner VRZ TRD Sportivo. April 2018. TEMPO/Daru Priyambodo
GOOTO.COM, Jakarta - Mendengar kata Daendels, yang terbayang adalah jalur jalan pos sepanjang pesisir utara Jawa. Tapi Daendels yang kami jelajahi kali ini berbeda. Dia terbentang di sisi selatan Jawa, mulai dari Cilacap, Kebumen, Purworeja hingga Bantul. Dan Daendels ini bukanlah Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Jika “Daendels Utara” adalah jalan raya pos (De Groete Postweg), dibangun oleh HW Daendels, sang Gubernur Jenderal yang memerintah sejak 1808 – 1811, maka “Daendels Selatan” dibangun A.D Daendels. Dia bukan gubernur jenderal. Pangkatnya jauh lebih rendah, yaitu Asisten Residen di wilayah Ambal (kecamatan di Kabupaten Kebumen). Meneer Daendels yang ini bertugas di Jawa pada 1838, hampir tiga dekade setelah Gubernur Jenderal Daendels menyelsaikan jabatannya di Hindia Belanda.
Baca: Diamond Edition varian Tertinggi Toyota Fortuner, Keunggulannya?
Hasil karya duo Denadels ini juga berbeda. Jalur utara terbentang panjang, sekitar 1.000 kilometer menyusur pantai utara Jawa dari Anyer sampai Panarukan. Pemandangan sepanjang jalur utara ini membosankan, tak banyak pemandangan indah. Sebaliknya, Daendels “Selatan”, meski hanya sepanjang 130 kilometer, pemandangannya lebih indah . Di sisi selatan jalur lurus ini terbentang Samudra Hindia. Ombak besar dan jernih, ditambah rangkaian nyiur sepanjang bibir pantai, sungguh “instagramable” -- indah untuk tempat berfoto.
Ke jalur itulah kami menuju. Namun jalur Daendels Selatan hanya sebagian kecil dari perjalanan. Perjalanan selama 6 hari ini mengambil rute yang jauh lebih panjang. Dimulai dari Jakarta ke Ciawi, melaju terus ke arah Pelabuhan Ratu, lalu menginap semalam di Geopark Ciletuh, Sukabumi.
Besoknya, perjalanan berlanjut ke Pantai Santolo, Garut (Jawa Barat), menembus Jalur Daendels Selatan hingga Pantai Logending, Ayah, Menganti, Kebumen (Jawa Tengah), hingga Pantai Klayar Pacitan, Jawa Timur.
Baca: Begini Kiat Toyota Menekan Harga Jual Produknya
Setelah 5 hari menjelajah jajaran pantai selatan Jawa ini, perjalan pulang ke Jakarta ditempuh melalui Salatiga ke Semarang melewati jalur tol Bawen, Brebes Jakarta melalui tol Cipali dan Cikampek.
Raja Tanjakan
Rute dengan medan bervariasi itu jelas memerlukan mobil yang tangguh. Pilihan jatuh ke Toyota Fortuner VRZ TRD Sportivo. Jantung ketangguhan Fortuner seri terbaru (2018) dan termewah seharga Rp 527,9 juta ini adalah mesin diesel tipe 2GD FTV Common Rail.
Semula kami mengira diesel intercooler berkapasitas 2.400 cc ini cenderung tak bertenaga. Maklum, membaca spesifikasi performa mesinnya, sepertinya tak terlalu menjanjikan. Tenaga sebesar 148 HP, dan torsi 400 Nm seperti tak terlalu tangguh.
Baca: Menikmati Dunia Toyota Fortuner (Bagian 1)
Ternyata dugaan itu meleset. Di tol Jagorawati, Fortuner mampu berakselerasi dengan cepat. Dari posisi berhenti sampai menyentuh kecepatan 100 kilometer per jam, waktu tempuhnya 12 menit. Tidak buruk untuk mesin diesel dan mobil berbotot 2,1 ton. Bodi bongsor sepanjang 4,7 meter dan tinggi 1,8 meter tak menghalangi Fortuner menembus hambatan angin dengan cepat.
Kuatnya tarikan terbukti ampuh untuk menempuh jalur naik turun sepanjang rute Cibadak – Pelabuhan Ratu yang berkelok-kelok. Kekuatan mobil ini adalah torsi puncak yang tercapai dalam putaran mesin rendah. Saat melaju dari posisi berhenti di tanjakan, tarikan langsung terasa. Manuver menyalip di tanjakan pun tak perlu menginjak gas dalam-dalam. Ini berkat torsi puncak yang tercapai di putaran mesin rendah, 1.600 – 2.000 rpm.
Namun bodi bongsor membawa efek lain: Fortuner cenderung limbung saat menikung. Kecenderungan oversteer juga terasa, karena tidak seperti versi penggerak 4 roda, model ini belum dilengkapi Vehicle Stability Control (VSC). Fitur anti limbung ini hanya tersedia di versi 4x4, saudaranya yang jauh lebih mahal, Rp 659,4 juta.
Kecenderungan limbung sebetulnya risiko dari kompromi Toyota untuk membuat Fortuner lebih nyaman. Di Fortuner versi lawas, peredam guncangan lebih kaku. Keuntungannya, mobil stabil saat menikung. Di Fortuner baru ini, peredam kejut per keong depan dan peredam belakang tipe 4-link lateral rod terasa lebih empuk. Konsekuensinya, saat melewati jalan bergelombang, atau menikung tajam, efek limbung muncul.
Baca: Menikmati Dunia Toyota Fortuner (Bagian 2)
Efek itulah yang sangat terasa saat harus melewati trek rusak dan berlubang sepanjang Jalan Kubangkangkung menjelang kota Cilacap. Jalur sempit di pedesaan ini rusak parah penuh lubang. Di sini, Fortuner unjuk gigi karena tenaga dan rodanya yang berukuran besar (velg 18 inchi dengan ban ukuran 265/60) mampu cepat membebaskan diri dari kubangan. Namun akibatnya, guncangan sangat terasa, membuat penumpang yang duduk di bangku tengah seperti dikocok.
Sebaliknya, empuknya suspensi sangat terasa saat melintasi jalur non tol Pantura sepanjang Semarang hingga Brebes saat pulang ke Jakarta. Jalur jalan bergelombang di banyak tempat ini dengan nyaman dilewati. Bahkan di jalur Alas Roban selepas Semarang yang penuh kelokan juga dilahap mudah. Menyalip barisan truk di jalan menanjak sangat mudah dilakukan.
Lega dan Hening
Enam hari menjajal mobil ini melewati beragam jenis jalan di tiga provinsi, kami sampai pada kesimpulan: Fortuner tangguh di medan berat, tapi kekuatan dan kenyamanan mengemudi (fun to drive) sesungguhnya ada di trek jalan mulus.
Kenyamanan itu sangat terasa ketika melintasi jalur Daendels selatan yang lurus namun naik turun. Di trek ini, juga di jalur Pantura, mengendarai Fortuner serasa berada dalam mobil sedan. Apalagi Fortuner dilengkapi berbagai sarana yang membuat betah.
Baca: Toyota All New Fortuner Meluncur, Apa Kelebihannya?
Sistem audio, misalnya, sudah tergolong bagus tanpa tambahan asesoris penguat suara. Denting piano Diana Karl terasa bening di telinga. Ketipak kendang di lagu Sayang via Vallen juga terasa utuh.
Heningnya kabin juga ditopang oleh system peredam suara yang bagus. Derum mesin diesel dan gesekan ban di aspal yang biasanya menembus kabin mampu terhalangi, bahkan saat mobil dipacu melebihi 100 kilometer per jam.
Konfigurasi tempat duduk 3 baris untuk 7 penumpang juga lega. Yang agak mengganggu adalah disain atap yang cenderung rendah. Bagi penumpang bertubuh tinggi dan duduk di kursi depan, saat mobil terguncang, rambut dengan mudah menyentuh plafon.
Baca: Menjajal Rem Otomatis dan Anti-Slip Toyota
Body panjang dan bongsor, tarikan kuat, tak berarti membuat Fortuner boros bahan bakar. Menggunakan bahan bakar diesel jenis Dexlite, mobil ini mampu menempuh 11 kilometer per liter untuk jalanan kota yang macet atau jalur berkelok naik turun menembus hutan. Di jalur mulus sepanjang tol di Pantura, konsumsi bahan bakar mencapai 14 kilometer per liter.
Satu catatan, meski Fortuner sudah dilengkapi peta navigasi di head unitnya, namun peta dari pabrik perlu banyak update. Beberapa spot di jalur selatan tak terdeteksi peta.
DARU PRIYAMBODO | YOSEP SUPRAYOGI | YUDONO YANUAR
Spesifikasi Fortuner 4x2 2.4 VRZ AT TRD
Mesin
2GD FTV, 4 cyl in-line, 4 Valve, DOHC, VNT Diesel Intercooler, 2.393 cc
Power Maksimum: 149,6 Ps/3.400 rpm.
Torsi Maksimum: 40,8/1.600-2.000 rpm
Transmisi: Otomatis 6 Kecepatan, dilengkapi paddle shift di kemudi
- Dimensi dan berat:
o Panjang: 4.795 mm
o Lebar: 1.855 mm
o Tinggi: 1.835 mm
o Berat kosong: 2.135 kg
o Ground Clearance: 210 mm
Konsumsi BBM: 10,7 - 11 km/liter dalam kota, 12-14 km/liter luar kota (metode full to full).
- Performa o 0-100 kilometer per jam: 3 detik o 0-200 kilometer per jam: 8,3 detik o Maximum speed: > 330 km/h • Konsumsi bahan bakar: 11.4 l/100 km • Emisi CO2: 260 g/km