Deretan motor buatan '80-an dan '90-an dipajang di Burnout 2018 yang digelar di Sentra Niaga Solo Baru, 1 September 2018. Acara itu mengajak generasi milenial untuk bernostalgia di masa kecilnya. TEMPO/Ahmad Rafiq
GOOTO.COM, Solo - Motor tua bila dirawat dengan baik tampilannya tak kalah dari motor baru. Itulah yang terlihat dalam acara Burnout 2018 di Sentra Niaga Solo Baru, Jawa Tengah, Sabtu, 1 September 2018.
Sebagian pemilik motor keluaran tahun 1980-an hingga 1990-an rela membelanjakan uangnya demi mengejar tampilan orisinilnya. Dana yang harus dikeluarkan bisa setara dengan harga motor baru.
"Restorasi motor tua butuh kesabaran," kata Irawan Wibisono, pemilik Boncu Motor yang ikut memajang karyanya di acara itu. Selain melayani service kendaraan umum, bengkel yang berada di Klaten itu juga banyak menerima order restorasi motor tua.
Baca: Gaya Gibran saat Turing Mengendarai Royal Enfield di Burnout 2018
Membuat tampilan motor yang mengkilap tentunya bukan hal yang rumit. "Karena tinggal mengecat," katanya. Bagian yang paling sulit adalah mencari onderdil dan kelengkapan asesorisnya.
Sebab, tidak semua onderdil dan asesoris itu masih diproduksi. "Harus berburu di lingkungan komunitas motor tua," katanya. Hal itu membuatnya tidak bisa mematok lamanya waktu pengerjaan.
Suzuki FR yang telah direstorasi oleh Irawan Wibisono, pemilik Boncu Motor Klaten. Motor tua itu dipajang dalam Burnout 2018 yang digelar di Sentra Niaga Solo Baru, Sabtu 1 September 2018. TEMPO/Ahmad Rafiq
Meski sudah tidak diproduksi, terkadang dia masih beruntung mendapatkan onderdil asli yang merupakan stok toko lama, atau dikenal dengan istilah new old stok (NOS). "Kalau memang sudah tidak ada, terpaksa pakai tiruan atau imitasi," katanya.
Baca: Dealer Motor Tua Ini Sering Didatangi Pejabat dan Orang Penting
Jangankan mencari onderdil orisinil, untuk kendaraan tipe tertentu, mendapatkan onderdil imitasinya pun terkadang juga susah. "Misalnya seperti Binter Joy bebek yang dipajang di Burnout 2018," katanya. Motor yang diproduksi di era '80-an itu memang tidak begitu laku saat itu.
Onderdil motor tua yang terbatas membuat harganya menjadi sangat mahal. "Saya pernah menghabiskan lebih dari Rp 20 juta untuk restorasi satu motor," katanya.
Dalam acara tersebut, Boncu Motor memajang beberapa hasil garapannya, seperti Yamaha Exelent, Suzuki FR, Binter Joy hingga Suzuki GP 100. "Sebenarnya belum terlalu tua, namun menjadi antik lantaran jumlah produksinya waktu itu sangat terbatas," katanya.