Harley-Davidson JD rilisan 1926. TEMPO/Pribadi Wicaksono
GOOTO.COM, Yogyakarta - Perhelatan bagi pecinta motor klasik dan antik, Djogjantique Day 2019, resmi digelar di halaman Stadion Mandala Krida Yogyakarta Jumat 23 Agustus 2019. Berbagai koleksi motor tua yang tetap terkesan gagah dan mewah berjajar menggoda mata pengunjung dari ujung ke ujung venue. Salah satunya motor zaman perang dunia Harley-Davidson JD rilisan 1926.
Motor yang terlahir sebelum pecah perang dunia kedua itu sekilas tampak baru keluar dari dealer alias sangat terkesan baru. Satu satunya membuat motor berkapasitas mesin 1200 cc itu hanya bentuknya. Motor yang belum memiliki rem depan ini - karena Harley-Davidson baru menerapkan rem depan sejak 1928- merupakan keluarga dari J Series.
Motor yang masih berperseneling tongkat dan kopling di kaki ini menjadi satu tonggak yang mengantar masa keemasan awal bagi pabrikan Harley Davidson ketika merajai semua even balap di Amerika masa itu.
Yang paling unik dari motor yang mengusung tipe mesin 4 Tak Pocket Valve 2 Silinder V itu karena mempertahankan warna orisinilnya saat direstorasi, yakni Olive Green.
"Saat motor ini direstorasi, saya memang minta semua bagiannya dibuat persis gambar katalog aslinya saat dijual dulu," ujar sang pemilik Herwan Prandoko alias Koko kepada Tempo.
Koko menuturkan belum lama mendapatkan Harley 1926 dari seorang kolektor yang juga perestorasi motornya di Klaten Jawa Tengah. Kondisi motor yang sudah ia incar sejak 2017 itu saat dibeli bentuknya masih hancur-hancuran hingga direstorasi total.
Ayah dua anak itu mengelak saat berapa duit yang sudah ia habiskan untuk beli bahan atau motor dengan kondisi apa adanya saja itu. Yang jelas satu unit Honda Jazz terbaru disebut Koko sangat belum cukup hanya untuk membeli bahan motor yang kala ditemukan masih berbentuk seperti rosok itu.
"Kalau setelah restorasi, penawaran terakhir untuk HD 1926 ini sudah tembus di angka 1 (miliar)," ujar lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogya yang menyimpan 20 an unit motor tua itu di rumahnya Yogya itu.
Tapi, ayah dua anak itu masih terlalu menyayangi koleksi tertuanya tersebut hingga enggan menjualnya terburu buru.
Terakhir kali, motor yang transmisinya berupa tiga gigi ke penggerak rantai itu malah dibawa Koko menjelajah hingga kediaman almarhum juru kunci Merapi, Mbah Maridjan yang ada di Desa Kinahrejo Sleman, kaki lereng Merapi.