Teruko Unoda, tour guide PT Honda Prospect Motor yang menerangkan soal sulitnya memiliki SIM di Jepang. TEMPO/Dian Andryanto
GOOTO.COM, Tokyo - Bisa mengantongi Surat Izin Mengemudi atau SIM di negeri tuan rumah Olimpiade 2020 atau Jepang sangat tidak mudah. Dimulai dengan aturan usia minimal untuk bisa dapat SIM berusia 18 tahun. Tapi, itu belum seberapa. Selanjutnya, jika ingin memiliki SIM wajib mengikuti kursus mengemudi mobil sekitar tiga bulan lamanya.
Sampai di sini, Anda akan tercengang, karena jika ditotal untuk untuk mendapatkan SIM tersebut harus merogoh kocek sekitar 200 ribu Yen, jika dikurs mencapai Rp 26 juta. Plus biaya pembuatan SIM mobil 3.950 Yen atau Rp 513.500.
SIM Jepang ini terdiri dari dua warna, yang ditandai garis biru dan emas. Artinya, SIM garis biru adalah semacam SIM bagi pemula. Belum teruji benar kessihannya mengemudi, baru taraf bisa belum piawai. Atau, SIM yang diberikn karena sebelumnya memperoleh SIM emas tapi karena melakukan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas bisa turun kasta menjadi SIM garis biru ini.
Sedangkan SIM garis emas, diberikan kepada merekayang tidak pernah melakukan sama sekali pelanggaran lalu lintas selama lima tahun. Kalau dalam kurun lima tahun, pengemudi melakukan pelanggaran, SIM emas diubah menjadi SIM biru. Selama tiga tahun pemilik SIM biru tidak melakukan pelanggaran, ia bisa dapat kembali SIM emasnya. Dengan catatan, harus ikut kelas safety driving kembali.
“Kami sangat bangga kalau punya SIM emas, dan malu jika dapat SIM biru. Karena, orang Jepang sangat malu melakukan kesalahan,” kata Teruko Unoda, tour guide PT Honda Prospect Motor di Tokyo Motor Show 2019.
Teruko Unoda menceritakan pengalamannya sendiri belum lama ini, SIM nya dari emas menjadi biru yang sangat membuatnya malu. Dua kesalahan dilakukannya, yaitu menelepon saat mengemudi dan kedapatan anaknya yang duduk di belakang tidak memakai safety belt. Poinnya berkurang sebagai pemegang SIM emas.
“Padahal kalau punya SIM emas bisa mendapatkan diskon di beberapa tempat belanja, diskon beli bensin, subsidi biaya asuransi, dan biaya perpanjangan SIM lebih murah 300 Yen dibandingkan Sim biru,” kata dia yang fasih bahasa Indonesia. “Maklum emak-emak,” katanya sembari tertawa.
Pemotongan poin terbesar alias SIM langsung dicabut di Jepang untuk kesalahan dengan pengurangan 35 poin, yaitu ketika kedapatan mengemudi sambil mabuk atau menyetir dalam pengaruh narkoba. “Tidak ada ampun, SIM dicabut, lima tahun buat lagi dengan proses seperti buat baru,” katanya.
Satu hal lagi menariknya SIM Jepang, di bagian belakangnya terdapat bagian kosong yang harus diisi jika ada perubahan marga atau alamat. Dan, tercantum pula kesediaan atau tidak bersedianya menjadi donor bagian tubuh untuk transplantasi. “Mata, jantung,hati, paru, ginjal, dan beberapa anggota tubuh disebutkan dibalik SIM jika bersedia menjadi donor transplantasi,” kata Unoda.
S. DIAN ANDRYANTO (TOKYO)