Riset LPEM UI Ungkap Penyebab Stagnansi Pasar Mobil Baru di Indonesia
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Rabu, 10 Juli 2024 13:00 WIB
PT Toyota Astra Motor (TAM) meluncurkan Land Cruiser 300 ini pada awal Januari 2022. Mobil ini hadir dengan pembaruan besar-besaran, tidak hanya dari sisi tampilannya saja tapi juga dapur pacunya.Untuk pasar Indonesia, Land Cruiser 300 ini ditawarkan dalam dua tipe yakni All New Land Cruiser VX-R dan All New Land Cruiser GR Sport. Masing-masing dijual dengan harga Rp 2,327 miliar dan Rp 2,378 miliar (on the road DKI Jakarta). toyota.astra.co.id
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) merilis hasil riset terkait kondisi pasar mobil baru di Indonesia. Riset menyebutkan bahwa pasar mobil baru saat ini bergerak stagnan karena dipengaruhi dua faktor, yakni kenaikan harga mobil dan kondisi pendapatan per kapita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Pendapatan per kapitanya tidak naik cukup besar, hanya tiga persen naik dalam 10 tahun terakhir, dan harga mobil naiknya juga di atas inflasi, 5 sampai 6 persen. Inflasi kita kan sekarang empat persen," kata peneliti senior LPEM FEB UI Riyanto, dikutip dari Antara hari ini, Rabu, 10 Juli 2024.

Menurut Riyanto penjualan mobil ini berkaitan dengan faktor ekonomi seperti harga mobil, suku bunga kredit, kurs, harga bahan bakar, dan ketersediaan stok mobil. Faktor yang paling berpengaruh adalah harga mobil dan pendapatan per kapita.

Berdasarkan riset dari LPEM FEB UI bersama Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pendapatan per kapita hanya naik rata-rata 3,65 persen per tahun dari 2013 sampai 2022. Dalam periode yang sama, penjualan mobil mengalami penurunan rata-rata 1,64 persen per tahun.

Sebagai perbandingan, dari tahun 2000 sampai 2013, pendapatan per kapita naik rata-rata 28,26 persen per tahun, dan di periode yang sama, angka penjualan mobil meningkat 21,23 persen per tahun. Peningkatan penjualan mobil bekas, terutama di Jawa, juga berpengaruh terhadap peningkatan penjualan mobil baru.

Pada 2022, penjualan mobil bekas cukup tinggi dengan sekitar 65 persen konsumen di Jawa memilih mobil bekas. Alasannya karena perbedaan harga antara mobil bekas dan mobil baru yang semakin lebar, dan juga pendapatan per kapita yang naiknya tidak sebanding dengan kenaikan harga mobil baru.

"Apalagi, pasar mobil bekas 10 tahun terakhir ini pembelinya itu tidak beli kucing dalam karung. Sekarang cacatnya dikasih tahu, digaransi, jadi sudah relatif transparan,"  ujar Riyanto.

Kendati demikian, Riyanto menjelaskan bahwa permasalahan pasar mobil baru yang datar ini dapat diatasi dengan pendekatan jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka panjang, peningkatan pendapatan per kapita bisa dicapai melalui re-industrialisasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Meningkatkan nilai tambah dalam perekonomian dan pertumbuhan ekonomi minimal enam persen dengan re-industrialisasi, agar porsi sektor manufaktur terhadap PDB bisa mencapai 25 persen hingga 30 persen, mendorong pendapatan per kapita kelompok menengah ke atas naik ke kelas makmur," ucapnya.

Sementara, untuk solusi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah menurunkan komponen pajak pada harga mobil. Riyanto mengatakan bahwa komponen pajak saat ini mencapai 40 persen dari harga off the road mobil dan dengan diturunkan pajak ini, harga mobil bisa lebih terjangkau bagi konsumen.

Pilihan Editor: Chery Tiggo 8 Diperkenalkan di Indonesia, Berapa Harganya?

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi