Jumlah Masyarakat Kelas menengah Turun, Pengamat: Bisa Berdampak ke Industri Otomotif
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Selasa, 3 September 2024 15:00 WIB
Influencer dari berbagai profesi melakukan promosi langsung Mobil HYPTEC HT menggunakan media sosial, pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Kamis 18 Juli 2024. Sejumlah merek otomotif yang mengikuti pameran GIIAS 2024 memanfaatkan jasa Influencer untuk melakukan promosi menggunakan media sosial pada jam-jam tertentu sebagai cara berkomununikasi langsung dengan calon pengunjung sekaligus calon pembeli agar bisa mengunjungi dan melihat produk yang ditawarkan tersebut. Sedikitnya ada 10 Influencer yang secara bersamaan melakukan siaran langsung. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa tren konsumsi kelas menengah sedang menurun. Ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk kelas menengah yang terus menurun dalam empat tahun terakhir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menanggapi hal tersebut, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa penurunan jumlah masyarakat kelas menengah ini bisa memberikan implikasi signifikan terhadap pasar otomotif nasional.

"Segmentasi pasar otomotif dunia yang didominasi oleh middle income class menjadikan penurunan ini sebagai ancaman serius terhadap permintaan kendaraan baru, termasuk Indonesia," kata Yannes saat dihubungi Gooto hari ini, Selasa, 3 September 2024.

Menurut Yannes, berkurangnya daya beli masyarakat kelas menengah akan menggeser preferensi konsumen ke arah mobil bekas atau justru menunda pembelian, terutama untuk mobil segmen menengah ke atas.

"Kondisi akan menyebabkan lesunya pasar mobil baru, memaksa produsen dan dealer untuk melakukan adaptasi strategis. Lesunya pasar otomotif juga akan merambat ke industri pendukung, seperti produsen komponen dan bengkel, yang akan mengalami penurunan permintaan," ucapnya menjelaskan.

Pada akhirnya, Yannes mengatakan bahwa penurunan di sektor otomotif berpotensi menimbulkan efek domino, yang dapat berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi 38 provinsi, yang pendapatan asli daerahnya mulai dari 24 persen hingga 80 persen berasal dari pajak kendaraan bermotor.

"Hal ini berpotensi untuk memberikan dampak negatif perekonomian makro secara nasional, terutama jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan di sektor lain," kata Yannes.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk kelas menengah pada 2019 tercatat 57,53 juta orang, kemudian turun di tahun 2021 menjadi 53,83 juta. Angka tersebut terus turun di tahun 2022 menjadi 49,51 juta.

Kemudian, angka itu turun lagi di tahun 2023 menjadi 48,27 juta orang, hingga di tahun ini angkanya menjadi 47,85 juta orang. Pandemi Covid-19 di tahun 2020 menjadi penyebab penurunan dan inni masyarakat kelas menengah ini masih belum berhasil pulih.

Pilihan Editor: Mario Aji Raih Poin Ke-3 di Moto2 Aragon 2024, Sejarah Baru Tercipta

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi