Suasana pameran otomotif GIIAS 2023 di Sudirman Grand Ballroom, Bandung, Jawa Barat, 22 November 2023. Pameran otomotif GIIAS yang pertama kalinya digelar di Bandung itu diikuti 18 merek kendaraan bermotor dari berbagai lini industri dan menampilkan beragam inovasi, teknologi kendaraan bermotor serta menghadirkan kendaraan berbasis listrik. TEMPO/Prima mulia
GOOTO.COM, Jakarta - Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa penurunan jumlah masyarakat kelas menengah bisa memberikan implikasi signifikan terhadap pasar otomotif nasional.
Demi mengatasinya, dia mengatakan, perlu pendekatan komprehensif dari berbagai aspek, mulai dari level ekonomi makro hingga mikro.
"Pada level makro, pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," kata Yannes saat dihubungi Gooto hari ini, Selasa, 3 September 2024.
"Ini dapat dicapai melalui peningkatan investasi di sektor-sektor produktif, seperti pengembangan berbagai hilirisasi industri manufaktur dalam negeri, termasuk industri kreatif, yang dapat menciptakan lapangan kerja berkualitas dan bergaji tinggi," tambah dia.
Selain itu, perlu adanya pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dari bawah.
UMKM ini disebut perlu mendapatkan dukungan finansial, pelatihan, dan akses pasar yang lebih baik agar bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Sementara itu, pada level ekonomi mikro, Yannes menilai perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas dan membuka peluang pekerjaan dengan pendapatan yang lebih tinggi.
"Program-program pelatihan vokasi dan peningkatan akses pendidikan tinggi perlu diperluas dan ditingkatkan kualitasnya," ucap dia.
"Selain itu, program perlindungan sosial yang lebih efektif juga diperlukan untuk melindungi masyarakat dari guncangan ekonomi dan mencegah mereka jatuh ke dalam kemiskinan," lanjut dia menjelaskan.
Khusus di sektor otomotif, Yannes mengungkapkan solusi dari dampak menurunnya masyarakat kelas menengah adalah perlu adanya kerja sama antara produsen dan pemerintah dapat menciptakan pasar yang lebih inklusif.
Selain itu, insentif juga diperlukan untuk mendorong produksi dan pembelian mobil yang sesuai dengan daya beli masyarakat.
"Jadi, kuncinya, dengan pendekatan komprehensif yang menyentuh berbagai aspek, diharapkan penurunan jumlah masyarakat kelas menengah dapat diatasi dan dampaknya terhadap pasar otomotif dapat diminimalisir," ucap Yannes.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk kelas menengah pada 2019 tercatat 57,53 juta orang, kemudian turun di tahun 2021 menjadi 53,83 juta. Angka tersebut terus turun di tahun 2022 menjadi 49,51 juta.
Kemudian, angka itu turun lagi di tahun 2023 menjadi 48,27 juta orang, hingga di tahun ini angkanya menjadi 47,85 juta orang. Pandemi Covid-19 di tahun 2020 menjadi penyebab penurunan ini dan masyarakat kelas menengah tersebut masih belum berhasil pulih.
Pilihan Editor: Mario Aji Raih Poin Ke-3 di Moto2 Aragon 2024, Sejarah Baru Tercipta
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto