Indonesia Masih Jauh untuk Bisa Setop Mobil Bermesin Konvensional
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Jumat, 6 September 2024 14:00 WIB
Charger mobil listrik BYD. (Foto: BYD Indonesia)
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Pengamat otomotif sekaligus Ahli Desain Produk Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa Indonesia masih jauh untuk bisa menghentikan pengoperasian kendaraan bermesin konvensional atau ICE (internal combustion engine).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam presentasinya di acara diskusi Bioetanol dan FFV di Pabrik Toyota Karawang pada Kamis, 5 September 2024, Yannes mengatakan bahwa saat ini hanya ada beberapa negara yang sudah memiliki pangsa penjualan kendaraan listrik di atas 30 persen. Itu pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

" Norwegia, negara dengan PDB (Product Domestic Bruto) $ 89.000, cuma dia yang 80 persen (market share EV). Tapi jangan lupa, dia eksportir minyak terbesar di Eropa, termasuk besar di dunia, lalu lama adopsi EV-nya sampai 30 tahun," kata Yannes.

Selain Norwegia, presentasi Yannes juga memperlihatkan ada dua negara lain yang memiliki pangsa pasar kendaraan listrik di atas 30 persen, yakni Islandia (41 persen) dan Swedia (32) persen. Kedua negara itu masing-masing memiliki PDB $ 65.000 dan $ 59.000.

Negara yang sering menjadi acuan Indonesia dalam hal pasar kendaraan listrik, Thailand, hanya mencatatkan market share 10 persen dalam waktu delapan tahun, dengan PDB $ 7.500. Kemudian Vietnam mencatatkan market share 15 persen selama empat tahun dengan PDB $ 4.500.

"Kemarin yang ramai itu Thailand, dia cepat sekali adopsi EV-nya. Tapi pada akhirnya lemas juga kan, ICE-nya kabur semua, yang terjadi di sana overstoc sementara perekonomian sedang stuck," ucap Yannes.

Amerika Serikat, yang menurut Yannes kerap menggambar-gemborkan soal kendaraan listrik dan terkenal dengan produsen Tesla, hanya mencatatkan market share sebesar 6 persen dalam waktu 15 tahun. Meskipun PDB yang dimiliki AS sangat tinggi, yakni $ 76.000.

"Dari daftar ini, bisa dilihat semakin kecilnya pendapatan suatu negara, daya serap terhadap EV kecil juga. Sebab ternyata EV itu tidak semudah yang kita bayangkan. Migrasi ekosistem EV," katanya.

Indonesia sendiri, hanya mencatatkan market share kendaraan listrik sebesar 2,92 persen dalam waktu tiga tahun, dengan PDB $ 4.500.

Dengan catatan itu, Yannes menilai masih jauh untuk bisa menggunakan 100 persen EV di tahun 2045 dan menghentikan penjualan kendaraan ICE.

"Jadi kalau dibilang Indonesia 2045 (mulai 100 persen EV), untuk mencapai 20 persen EV PDB kita setidaknya harus 12.000 dulu," jelasnya.

"Masih jauh, ya. Oleh karena itu, adopsi atau migrasi ke EV akan berhubungan sekali dengan PDB. Waktu atau lama adopsinya tidak menjamin," tutup Yannes.

Pilihan Editor: Paus Fransiskus Naik Kijang Innova Zenix di Indonesia, Begini Respons Toyota

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi