Transisi Energi Bisa Hambat Target Pertumbuhan Ekonomi, Ini Saran Apindo
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Kamis, 24 Oktober 2024 13:00 WIB
Truk pengangkut sejumlah mobil Kijang Innova Zenix terparkir di Toyota Plant 3, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 21 Februari 2023. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) melakukan ekspor perdana kendaraan elektrifikasi Kijang Innova Zenix produksi dalam negeri. TEMPO/Amelia Rahima Sari.
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Pemerintah tengah menargetkan untuk mencapai transisi energi mulai dari tahun 2025 hingga 2060. Kendati demikian, transisi energi yang dikejar pemerintah ini bisa saja terhambat dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang diinginkan Presiden Prabowo Subianto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menanggapi hal tersebut, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bob Azam mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ini yang diharapkan adalah bisa membuka lapangan pekerjaan. Dengan demikian, pertumbuhan yang tinggi itu bisa memberikan peningkatan pendapatan negara.

"Jadi, kalau saya sebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi itu harapannya kita berkualitas, jadi tidak hanya tinggi, tetapi berkualitas. Berkualitas artinya bisa membuka lapangan kerja yang banyak, terus bisa memberikan sumber pendapatan negara berupa tax ratio yang tinggi," kata Bob saat ditemui di Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2024.

Bob mengungkapkan bahwa pendapatan negara itu bisa dicari dari sumber-sumber pertumbuhan yang menyerap tenaga kerja dan memberikan multiplier effect terhadap ekonomi Indonesia. Diharapkan, pemerintah tidak hanya memberikan pendapatannya saja, tetapi juga memperhatikan kualitas pertumbuhannya tersebut.

"Termasuk juga yang mendorong penggunaan energi bersih. Jadi, kalau misalnya ada investasi di sektor energi bersih, kan kita bisa dapat itu, investasinya dapat, energi bersihnya juga dapat," ucapnya.

"Kemudian, kita juga harapkan investasi di sektor-sektor padat karya, karena dengan investasi di sektor padat karya, itu bisa membuka lapangan. Kalau investasinya hanya di sektor-sektor padat modal saja, by numbers-nya kita dapat, tapi impact-nya kita tidak dapat. Khawatirnya lapangan kerja tidak terbuka," kata Bob menambahkan.

Menurut Bob, salah satu industri yang memberikan multiplier effect adalah otomotif. Sebab, Bob mengatakan bahwa industri otomotif itu didukung oleh lebih dari ratusan supplier, jadi tidak bisa dikerjakan sendiri.

"Jadi, berinvestasi di sektor-sektor yang bersih, kemudian padat karya, termasuk yang padat teknologi secara bersama. Otomotif itu padat karya dan padat teknologi," ujarnya memungkasi.

Pilihan Editor: Mario Aji Tetap Jadi Rider Idemitsu Honda Team Asia di Moto2 2025

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi