Mazda memperkenalkan edisi terbaru SUV CX-60 Pro (2.5L AWD) pada pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis 18 Juli 2024. Mobil ini dilengkapi dengan sejumlah fitur keamanan sepeeri kamera 360 derajat, Blind Spot Monitoring, hingga Rear Cross Traffic Alert. Kemudian ada teknologi Driver Monitor untuk memastikan pengemudi selalu dalam kondisi optimal untuk berkendara. TEMPO/Tony Hartawan
GOOTO.COM, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menilai kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan menjadi tantangan berat bagi industri otomotif. Dengan kata lain, di tengah lesunya pasar otomotif tahun ini, akan berlanjut di tahun depan apabila PPN 12 persen berlaku.
"Walaupun terjadi geliat sedikit perbaikan ekonomi yang berimbas pada ekonomi Indonesia pula, namun beberapa faktor masih menghambat pertumbuhan industri otomotif Indonesia," kata Nangoi dalam acara pembukaan pameran GJAW 2024 pekan lalu.
"Tingginya suku bunga serta adanya informasi mengenai rencana pertambahan pajak-pajak, misalnya pajak pertambahan nilai dan kemungkinan kenaikan bea balik nama kendaraan bermotor, ini akan memengaruhi pertumbuhan industri otomotif yang sangat rentan mengalami perubahan harga," ucapnya melanjutkan.
Nangoi mengungkapkan bahwa kelangsungan industri otomotif di Tanah Air harus terus dijaga. Dia turut meminta agar pemerintah bisa melanjutkan insentif kendaraan di tahun depan guna membangkitkan pasar otomotif.
"Kami sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah, khususnya dari Kementerian Perindustrian untuk memberikan kemungkinan adanya stimulus untuk menjaga pasar kendaraan Indonesia," ujarnya.
Dalam kesempatan sama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa industri otomotif Tanah Air masih membutuhkan insentif guna mendorong pertumbuhan penjualan kendaraan listrik. Selain itu, insentif ini dinilai dapat meringankan beban konsumen.
"Sangat penting. Oleh sebab itu, insentif-insentif itu di dalam menjawab untuk membuat konsumen tidak berat," kata Agus Gumiwang.
Menurut Agus, Kemenperin terus mengupayakan agar insentif kendaraan listrik ini bisa berlanjut di tahun depan. Tak hanya insentif kendaraan listrik, Kemenperin juga mengusulkan agar kendaraan hybrid pun bisa mendapatkan insentif di tahun 2025.
"Ini yang lagi kami bahas, insentif kendaraan listrik, kemudian hybrid. Nah besarannya itu seperti apa, ini yang lagi kami bahas," ucapnya.
Pilihan Editor: Suzuki Jajakan 7 Mobil Test Drive untuk Pengunjung GJAW 2024
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto