Hasil uji lab Lemigas menyatakan produk Pertamax sesuai dengan spesifikasi Dirjen Migas. Dok. Pertamina
GOOTO.COM, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memastikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax tidak merusak mesin, menyusul pengaduan kerusakan mesin kendaraan di wilayah Cibinong, Jawa Barat. Pertamina pun meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kualitas BBM dengan RON 92 ini.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan bahwa sampel endapan Pertamax dari kendaraan yang bermasalah, telah dicek Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB).
"Hasilnya, dinyatakan bahwa penyebab rusaknya kendaraan bukan dari BBM Pertamax," kata Fadjar dalam keterangan resminya, dikutip dari Tempo.co hari ini, Senin, 2 Desember 2024.
Selain uji LAPI ITB, Fadjar juga mengungkapkan bahwa pengujian terhadap BBM Pertamax ini juga telah dilakukan oleh Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Kementerian Energi dan Summber Daya Mineral. Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel Pertamax dari beberapa SPBU di Cibinong.
"Setelah uji coba, Pertamax dinyatakan sudah sesuai standar, spesifikasi, dan aman digunakan. Pertamina menjamin dan terus berkomitmen menyediakan produk-produk berkualitas bagi masyarakat," ujarnya.
Untuk diketahui, pekan lalu ramai di sosial media sebuah video yang menarasikan sebuah mobil mengalami kerusakan pompa bensin akibat menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax. Pertamina sendiri langsung melakukan investigasi dengan melakukan penelitian menggandeng PT LAPI Insitut Teknologi Bandung dan Lemigas.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ahli konversi energi ITB Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengatakan bahwa kandungan di dalam BBM Pertamax bukan menjadi penyebab kerusakan mesin kendaraan yang terjadi di Cibinong, Kabupaten Bogor.
Dia mengatakan, untuk mengetahui penyebab kerusakan, mobil di bawa ke bengkel untuk dilepas pompa bahan bakar serta dikuras tangkinya. Dari situ, ditemukan endapan di dalam tangki. Tri menuturukan bahwa endapan itulah yang membuat mobil kehilangan tenaga karena menyumbat filter sebelum bahan bakar masuk ke dalam pompa.
"Hal ini menyebabkan pasokan bahan bakar ke mesin tidak mencukupi," kata Tri.
Tim LAPI ITB membawa sampel endapan itu ke laboratorium untuk diperiksa dengan metode EDS (Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy) guna diidentifikasi unsur-unsur pembentukannya. Hasil EDS itu kemudian dibandingkan dengan hasil analisis fisika dan kimia yang dilakukan tim Lemigas terhadap bahan bakar Pertamax dari beberapa SPBU, yang diperkirakan menjadi sumber masalah.
"Ternyata, senyawa pembentuk endapan tersebut tidak ditemukan dalam bahan bakar yang dianalisis (Pertamax)," ujar Tri.
Berdasarkan hasil itu, maka dicurigai pada material antikorosi yang biasa dipakai sebagai pelapis tangki bahan bakar berbahan logam, mengingat pelapis biasanya terbuat dari paduan unsur yang terdeteksi pada analisis EDS.
"Tapi penelitian terus dilakukan untuk memastikan dari mana asal-usul unsur pembentukan endapan tersebut," ucap Tri.
Menurut dia, jika endapan tersebut berhubungan dengan material tahan korosi pelapis tangki, maka para pemilik kendaraan dengan tangki bahan bakar berbahan resin, tetap bisa menggunakan Pertamax. Sebab, tidak akan ada fenomena munculnya endapan, mengingat tidak diperlukannya pelapis tersebut.
Pihak LAPI ITB akan terus mencari akar permasalahan dari masalah tersebut untuk bisa dilakukan mitigasi. Dengan demikian, tidak akan terjadi lagi masalah yang sama di kemudian hari.
DICKY KURNIAWAN | RIRI RAHAYU | TEMPO.CO