Mobil VinFast hadir pada pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis 15 Februari 2024. VinFast merupakan merek mobil yang dikelola oleh Vingroup, perusahaan real estate terkemuka di Vietnam. Dengan target produksi 500.000 kendaraan di Vietnam pada tahun 2025, VinFast menunjukkan ambisi besar dalam industri otomotif. VinFast berhasil mendapatkan pinjaman sebesar US$ 800 juta dari Credit Suisse Group untuk mendirikan fasilitas perakitan di kota Haiphong, Vietnam. TEMPO/Tony Hartawan
GOOTO.COM, Jakarta - Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan akan ada pergerakan global dan nasional yang bisa memengaruhi industri otomotif Tanah Air di tahun depan. Pergerakan ini perlu diwaspadai mengingat sudah ada beberapa kebijakan dari Pemerintah Indonesia yang siap diberlakukan di 2025.
Menurut Bob, salah satu dinamika global yang dapat memengaruhi industri otomotif Indonesia adalah menjabatnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat di tahun depan. Menurut dia, pemerintahan Trump ini dapat memacu inflasi dan kebijakan-kebijakan Trump berpotensi memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar.
"Rupiah juga posisinya tertekan, yang akan memengaruhi industri di dalam negera, terutama yang masih menggunakan barang-barang impor. Itu juga harus kita waspadai, pelemahan rupiah itu, karena hampir semua mata uang, currency itu melemah terhadap US dolar," kata Bob saat ditemui di Jakarta, Selasa, 17 Desember 2024.
Sementara itu, untuk dinamika di dalam negeri, Bob mewaspadai soal lemahnya daya beli masyarakat. Terlebih, di tahun depan pemerintah akan menerapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen.
"Jadi banyak program-program pemerintah ini untuk membantu masyarakat yang bawah begitu, sedangkan yang tengah ini benar-benar tanpa bantuan, padahal ekonomi Indonesia ini masih ada yang sifatnya trickle down. Artinya kalau kelas menengah berkurang spending-nya, itu akan mempengaruhi yang bawah," ucap Bob.
"Nah ini juga harus kita waspadai, kelemahan daya beli yang akan berlanjut. Ini tentunya akan mempengaruhi ekonomi kita ke depan. Jadi kelemahan currency, satu. Kemudian yang kedua, kelemahan daya beli yang harus kita waspadai bersama," ujarnya melanjutkan.
Pemerintah memang telah mengeluarkan insentif untuk mobil listrik dan mobil hybrid di tahun depan, yang bertujuan meminimalisir dampak dari penerapan PPN 12 persen. Namun Bob menilai insentif tersebut hanya diberikan untuk masyarakat kelas bawah, sementara masyarakat kelas atas masih tetap tertekan dengan kebijakan pemerintah tersebut.
"Jadi banyak stimulus kan untuk masyarakat bawah yang pendapatannya di bawah 10 juta. Tapi yang di atas itu pasti akan tertekan dong daya belinya. Nah ini yang akan kena nih yang tengah ini, padahal ekonomi kita itu trickle down, jadi kalau daya beli yang tengah turun, yang bawah juga turun," ucap Bob menjelaskan.
Bob memprediksi pasar otomotif di tahun depan masih akan dihadapkan dengan sejumlah tantangan.TMMIN pun tidak memasang target yang muluk-muluk untuk tahun 2025. "Kalau kita bisa remain saja sudah bagus," kata dia memungkasi.
Pilihan Editor: Yamaha Aerox Alpha Turbo Dirilis, Simak Daftar Harganya
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto