Kenaikan PPN 12 Persen, Mobil Mewah Tidak Terdampak Signifikan
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Kamis, 19 Desember 2024 19:00 WIB
Ilustrasi mobil mewah. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Pemerintah bakal menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025. Kenaikkan PPN tersebut ternyata tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pasar kendaraan mewah atau luxury car.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Dampak ke kami sekitar 1 sampai 2,2 persen dari PPN 11 ke 12 persen. Kalau untuk luxury cars, dampaknya memang tidak terlalu signifikan," kata CEO Prestige Image Motorcars, Rudy Salim saat ditemui di kawasan PIK 2, Selasa, 17 Desember 2024.

Rudy sendiri mengaku terima dengan keputusan pemerintah yang menaikkan PPN menjadi 12 persen. Dia pun perlu menyiapkan strategi untuk meminimalisir dampak kenaikkan PPN tersebut terhadap konsumen mobil mewah.

"Kami terima saja. Jadi sebenarnya kami bisa akali dengan memberikan insentif lain atau benefit lain kepada pembeli," ujarnya.

Kendati demikian, sebagai importir kendaraan mewah di Indonesia, Rudy Salim mengungkapkan dampak kenaikkan PPN ini menjadi pukulan besar bagi perusahaannya dalam mendatangkan kendaraan mewah ke Tanah Air. Bagaimana tidak, Rudy menuturkan bahwa dengan naiknya PPN ini, harga jual kendaraan mewah menjadi semakin mahal.

"Misalnya ada satu mobil Ferrari yang harganya Rp 5 miliar, maka pajaknya saja itu Rp 12,5 miliar, itu pajaknya saja di luar mobilnya. Jika Rp 12,5 miliar ditambah 5 miliar, itu 17,5 miliar, itu hanya modal dari mobil," ucapnya menjelaskan.

Lebih lanjut, Rudy menuturkan bahwa dalam sebuah bisnis yang sempurna, perusahaan mencari keuntungan sebesar 8 persen dan itu pun sudah dipotong cost of fund 3 sampai 4 persen.

"Mungkin harga mobil Rp 17,5 miliar itu harus dijual Rp 18,5 miliar di Indonesia. Artinya, mobil yang di luar negeri harganya hanya Rp 5 miliar, di Indonesia menjadi Rp 18,5 miliar," kata dia.

Ketakutan dari harga yang tinggi ini berpotensi membuat masyarakat Indonesia lebih memilih untuk membeli mobil di luar negeri, sebab harganya yang lebih murah dibandingkan di Indonesia.

"Mungkin mereka jadinya beli Australia, di Amerika dan negara-negara lain, karena ternyata beli mobil di Australia, di Amerika, di Malaysia juga masih bisa, dapat satu Ferrari juga bisa dapat satu rumah, dan fasilitas uang isi bensin selama dua tahun atau lebih," ujarnya.

"Yang dikhawatirkan adalah orang Indonesia tidak dapat menikmati hasil kerja kerasnya di Indonesia. Mungkin itu yang harus dihitung ulang, apakah implikasinya bisa menimbulkan defisit di Indonesia, karena orang Indonesia jadi spendinya di luar negeri. Jadi tambahan dari saya supaya para pengusaha dan orang-orang di Indonesia bisa menikmati uang di dalam negeri saja," kata Rudy memungkasi.

Pilihan Editor: Yamaha Aerox Alpha Turbo Dirilis, Simak Daftar Harganya

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi