Kendaraan Ini yang Jadi Pengguna BBM Tertinggi
Reporter: Dicky Kurniawan
Editor: Rafif Rahedian
Jumat, 3 Januari 2025 08:00 WIB
Pengendara kendaraan motor saat membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di sebuah SPBU di Jakarta, Selasa 23 Januari 2024. PT Pertamina (Persero) belum menghapus BBM jenis Pertalite saat ini. Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan pihaknya saat ini masih mengkaji rencana itu. Rencana penghapusan Pertalite sebelumnya disampaikan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Ia mengatakan pihaknya mengusulkan agar mulai tahun ini tak menjual BBM yang kadar oktannya (RON) di bawah 91, sehingga menghapus Pertalite yang spesifikasinya saat ini RON 90. Keputusan ini sekaligus menegaskan Pertamina bergerak mengikuti aturan standar emisi Euro 4 dari pemerintah. Nicke mengatakan setelah Pertalite dihapus, perusahaan pelat merah ini akan menggantinya menggunakan produk baru RON 92.Produk itu adalah Pertamax Green 92 yang merupakan campuran antara RON 90 (Pertalite) dengan 7 persen Bioetanol (E7). TEMPO/Subekti.
Iklan
Iklan

GOOTO.COM, Jakarta - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan sepeda motor menjadi transportasi yang paling tinggi mengonsumsi bahan bakar minyak (BBM). Safrudin memperkirakan konsumsi BBM oleh sepeda motor mencapai 69 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sepeda motor adalah pengonsumsi terbesar. Selain the most importers, motor juga the most consumed national fuel Supply untuk bensin," kata Safrudin dilansir dari Tempo.co pada hari ini, Jumat, 3 Januari 2025.

Menurut perhitungan Safrudin, motor masih menjadi kendaraan yang paling banyak menggunakan BBM, yakni sebesar 38 persen. Data itu didapat dari penghitungan total konsumsi BBM jenis bensin dan solar.

"Jadi angka yang cukup besar sekali terkait dengan kebutuhan penggunaan BBM kendaraan bermotor," ujarnya.

Selain itu, Safrudin juga menanggapi soal upaya pemerintah yang mengadopsi BBM 30 persen biodiesel dengan 70 persen solar (B30) dan campuran 35 persen biodiesel dengan 65 persen solar (B35). Menurut dia, upaya ini masih kurang optimal karena pemerintah masih impor solar sebesar 5 juta kiloliter per tahun.

"Untuk bensin, terakhir sekitar 17 juta kiloliter pemerintah masih harus impor," ucap Safrudin.

DICKY KURNIAWAN | M RAIHAN MUZZAKI | TEMPO.CO

Pilihan Editor: Mantan Presiden Suzuki Meninggal Dunia karena Limfoma

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi