Pengunjung melihat mobil yang dipamerkan dalam Indonesian International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat 16 Februari 2024. Pameran otomotif IIMS 2024 yang berlangsung 15-25 Pebruari itu diikuti sebanyak 188 merek meramaikan IIMS 2024, termasuk diantaranya 53 merek kendaraan roda empat dan dua berbahan dasar mesin dan listrik dengan target transaksi mencapai Rp5,3 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
GOOTO.COM, Jakarta - Penjualan mobil di Tanah Air pada tahun 2024 turun signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2023. Ekonom Raden Pardede mengungkapkan bahwa penyebab dari penurunan ini adalah daya beli masyarakat yang melemah, khususnya masyarakat kelas menengah.
"Sebetulnya yang utama adalah daya beli. Kalau dilanjut adalah kemampuan daya beli dari kelas menengah," kata Raden.
Menurut Raden, meskipun pemerintah memberikan insentif, namun masyarakat kelas menengah tidak mampu menjangkau harga mobil karena daya beli mereka melemah. Seperti data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk kelas menengah menurun drastis dari 57,33 juta orang pada 2019, menjadi 47,85 juta orang pada 2024.
Raden menuturkan bahwa kelompok ekonomi menengah ini mengalami penurunan produktivitas sehingga berakhir turun kelas. Padahal menurut dia, kelas menengah ini menjadi mesin penggerak di sektor otomotif sekaligus properti. "Karena kemampuan mereka belanja sangat besar sekali," ucapnya.
Selain daya beli, Raden juga mengungkapkan ada faktor lain, di antaranya adalah melambatnya pertumbuhan produk domestik bruto, inflasi tinggi, nilai tukar mata uang asing, suku bunga, keterbatasan pembiayaan, serta regulasi pemerintah.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), angka penjualan mobil di 2024 tercatat sebanyak 865.723 unit, turun dibandingkan tahun 2023 yang sebanyak 1.005.802 unit.
Pilihan Editor: Buntut Tunjuk-tunjuk Sopir Taksi, Petugas Patwal Mobil RI 36 Ditindak
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto