
Toyota Mirai di IIMS 2025. (Gooto/Dicky Kurniawan)
GOOTO.COM, Jakarta - Dalam buku berjudul Multi-pathway for Car Electrification, Cyrillus Harinowo selaku penulis buku menawarkan perspektif berbeda terkait upaya dekarbonisasi di sektor otomotif. Buku secara garis besar mengungkapkan bahwa solusi untuk mengurangi emisi karbon bukan hanya melalui mobil listrik.
Buku ini terinspirasi dari pernyataan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pada tahun 2020, yang mengumumkan rencana untuk melarang mobil konvensional pada 2030 dan hanya memperbolehkan mobil listrik. Cyrillus khawatir kebijakan ini belum sepenuhnya dipahami masyarakat Indonesia, sementara Indonesia masih menghadapi banyak tantangan untuk beralih ke mobil listrik.
Cyrillus menyoroti bahwa meskipun mobil listrik ini dianggap sebagai solusi utama untuk mengurangi emisi karbon, namun faktanya pembangkit listrik yang digunakan untuk mengisi daya kendaraan listrik sebagian besar masih bergantung pada bahan bakar fosil.
Menurut dia, sekitar 80 persen sumber listrik di Tanah Air masih berasal dari pembangkit berbahan bakar fosil. Jadi, mobil listrik ini bisa untuk mengurangi emisi karbon, namun proses pengisian dayanya masih menghasilkan emisi karbon.
Cyrillus juga menilai transisi global menuju mobil listrik masih belum bisa diterapkan langsung di Indonesia. Sebab, transisi ini menemui banyak faktor seperti keterbatasan infrastruktur baterai, sehingga solusi lain seperti kendaraan hybrid bisa menjadi pilihan yang realistis untuk transisi bertahap.
Sang penulis buku mengatakan bahwa Indonesia bisa meniru langkah Brasil, yang telah sukses mengurangi emisi karbon melalui transportasi yang menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya, yang dihasilkan dari industri gula. Indonesia bisa memanfaatkan cadangan nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik dan kendaraan hybrid.
Cyrillus menegaskan mobil hybrid dan kendaraan berbahan bakar biofuel bisa menjadi pilihan efektif untuk memenuhi target NDC 2030, meskipun ide ini bertentangan dengan kebijakan global yang lebih menekankan pada elektrifikasi. Dalam buku ini, Cyrillus mencoba mengingatkan bahwa transisi menuju kendaraan ramah lingkungan perlu dipertimbangkan secara komprehensif.
Pilihan Editor: Toyota Indonesia Investasi Rp 35 Miliar untuk Fasilitas Hydrogen Refueling System
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto