
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kiri) dan Menteri UMKM Maman Abdurrahman meninjau pameran Indonesia International Motor Show 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, 13 Februari 2025. Tempo/M Taufan Rengganis
GOOTO.COM, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa penjualan mobil wholesales (dari produsen ke dealer) pada Januari 2025 mengalami penurunan 11,3 persen secara tahunan (year on year). Di bulan pertama tahun ini, penjualan wholesales mobil tercatat sebanyak 61.843 unit, lebih rendah dari Januari 2024 sebanyak 69.758 unit.
Dengan kata lain, tren kelesuan pasar mobil sepanjang 2024 masih berlanjut di awal 2025. Tahun lalu, penjualan mobil tercatat sebanyak 865.723 unit, turun 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 1.005.802 unit.
"Tentu dengan kondisi market yang sedang lesu ini, kami semua stakeholder termasuk pemerintah perlu mencari terobosan-terobosan agar konsumen kembali bisa atau memiliki minat untuk belanja otomotif," kata Agus dalam keterangan resminya, sebagaimana dikutip Gooto pada hari ini, Senin, 17 Februari 2025.
Agus menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi ini. Pemerintah telah menjalankan upaya yang strategis seperti penerbitan paket stimulus ekonomi pertama yang tujuannya antara lain untuk menjaga daya beli masyarakat, termasuk mendukung sektor otomotif dan mendukung langkah menuju transisi hijau.
"Alhamdulillah, akhirnya pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif mobil hybrid. Jadi, tentu saya berharap atas kegiatan IIMS (pameran otomotif) tahun ini, akan mampu menggairahkan kembali minat calon konsumen untuk belanja otomotif," ucapnya.
Menperin mengatakan bahwa industri otomotif selama ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, di dalam sektor otomotif ini ada backward linkage dan forward linkage, yang bisa memperkuat atau memperlemah ekonomi nasional.
Berdasarkan perhitungan pihaknya, Agus mengatakan penurunan penjualan mobil di 2024 berdampak pada penurunan ekonomi, yakni backward linkage sebesar Rp 5,4 triliun dan forward linkage sebesar Rp 4,6 triliun.
"Tentu secara umum, ke depan perekonomian, termasuk industri manufaktur ini telah dan akan dihadapkan pada kondisi atau challenge yang sangat unit dan berat," ucapnya.
Tidak hanya itu, Agus juga mengatakan dinamika geopolitik saat ini begitu dinamis, termasuk dengan kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
"Ini harus terus-menerus kita ikuti, tentu akan memengaruhi industri dalam negeri dan pada gilirannya juga akan memengaruhi perekonomian nasional," kata Agus.
Selain tantangan global, industri dalam negeri juga disebut tengah mengalami tekanan dari internal. Oleh sebab itu, dibutuhkan regulasi-regulasi yang dapat menciptakan iklaim usaha yang kondusif serta bisa membangun industri nasional yang tangguh dan progresif.
Pilihan Editor: Mobil Listrik Honda e:N1 Hadir di IIMS 2025, Harga Masih Rahasia
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram pilih grup GoOto