Honda New Mega Pro. TEMPO/Arif Arianto
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor Honda di Indonesia itu tak hanya meluncurkan generasi paling gres di klan MegaPro itu, tetapi juga mempersilahkan juruwarta otomotif untuk membuktikan ketangguhan dan keunggulannya.
“New MegaPro ini mengusung desain baru berkonsep street fighter dengan karakter yang berotot, padat, aerodimanis dan moderen. Desain bodinya tampil lebih sportif,” papar Executive Vice President Director PT AHM Johannes Loman beberapa saat sebelum acara pembuktian itu dilakukan, di Sirkuit Kecil Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (9/8).
Satu penjelasan yang memantik keinginan saya untuk segera mencoba motor anyar itu adalah penjelasan Agustinus Indraputra, General Manager Marketing Planning and Analysis PT AHM. Indra – sapaan Agustinus Indraputra- menyebut, pembeda mendasar yang ada di MegaPro baru dibanding generasi sebelumnya adalah penggunaan mesin XRP Engine (X-tra Responsive Performance Engine) 150cc.
“Meski kapasitas mesin kecil namun tenaga yang dihasilkan lebih besar ketimbang model sebelumnya. Selain itu, hemat bahan bakar sekaligus ramah lingkungan,” tandas dia. Rasa penasaran semakin membuncah. Saya pun mencoba menyimak dan memahami kalimat demi kalimat penjelasan Indra.
Mesin baru ini, jelas Indra, menggunakan throttle position sensor dan CDI dengan 12 Ignition mapping. Peranti itu berfungsi untuk meningkatkan ketepatan respon mesin terhadap putaran throttle dan membuat pembakaran lebih sempurna. Walhasil, tenaga yang disemburkan makin besar tetapi tetap irit bahan bakar.
“Teknologi itu dipadu dengan penggunaan komponen yang rendah gesekan di dalam mesin seperti piston bertekstur atau rough surface piston, roller rocker arm dan crankshaft bearing,” kata Indra.
Didera rasa penasaran saya coba untuk bertanya ke Handy Hariko, Senior Manager Technic Service Division PT AHM ihwal performa mesin yang dijanjikan MegaPro baru tersebut.
“Hasil pengujian kami dan prinsipal membuktikan mesin 150 cc yang disandang MegaPro baru itu menghasilkan tenaga hingga 13,7 PS. Generasi sebelumnya 13,3 PS, jadi jelas ada peningkatan,” sebut Handy.
Tak hanya itu, kata Handy, konsumsi bahan bakar kini juga jauh lebih irit. Bila sebelumnya satu liter untuk 32,3 kilometer, sekarang satu liter untuk 42,3 kilometer. “Rasio kompresi juga meningkat. Bila di generasi sebelumnya 9:1 kini menjadi 9,5 : 1. Ini satu kemajuan yang dicapai Honda, meski kapasitas kecil namun performa justeru lebih meningkat,” papar dia.
Tak terasa, jadwal untuk mencoba motor baru itu pun tiba. Ketika giliran uji kendara tiba, saya coba untuk mengamati motor yang tampilannya mirip saudaranya yang beberapa waktu lalu diluncurkan di India, Honda Unicorn Dazzler.
Pada bagian depan terlihat, kini menggunakan cowl, clear lens, multirelfector serta visor yang menyatu dengan lampu depan (balance). Bagian bodi dihiasi garis aerodinamis. Tampilan itu memancarkan kesan gagah, kompak, moderen.
Panel meter hadir dengan tampilan baru, yaitu mengkombinasikan sistem analog tachometer dan digital speedometer. Selain terlihat modis juga memudahkan pengendara untuk membaca pertunjuk posisi gigi, kondisi bahan bakar, jam, atau posisi putaran mesin.
Posisi stang juga cukup ergonomis sehingga membuat pengendara merasa nyaman saat berkendara. Terlebih jok model hip up membuat posisi duduk pengendara semakin nyaman.
“Seperti apa kedigdayaan motor ini? Apakah seperti yang diobral para petinggi Honda? Toh tak ada kecap nomor enam belas semua nomor satu,”. Sederet pertanyaan sinis itu berkelebat menyusup di benak dan menggoda saya.
Tak ingin menyia-nyiakan waktu, saya pun mencoba menggeber di lintasan lurus, menikung, memutar, hingga lintasan dengan kemiringan 10-15 derajat. Hasilnya, tarikan tenaga cukup ringan. Pengendalian kemudi cukup nyaman dan stabil.
Rasa percaya diri saya semakin saat mencoba peranti pengereman. Pada kecepatan 60 kilometer per jam, dengan simultan saya berusaha untuk melakukan pengereman tanpa mengurangi kecepatan.
Peranti pengereman di roda depan yang menggunakan cakram hidrolik dengan piston ganda dan di bagian belakang cakram hidrolik dengan piston tunggal (kebetulan motor yang saya kendarai varian velg palang alias casting wheel), cukup tokcer. Perangkat itu memiliki kemampuan menghentikan laju roda denngan cepat namun tidak menghentak.
Kenyamanan disaat pengereman semakin terasa karena dukungan sistem suspensi. Pada bagian roda depan Honda melengkapi MegaPro anyar itu dengan peranti suspensi teleskopik, dan di roda belakang menggunakan suspensi tunggal atau monoshock yang bisa diatur dengan pilihan keras atau lembut.
Kenyamanan itulah yang membuat saya ingin terus mencoba motor itu. Sayang, pengujian hanya dilakukan dalam tiga kali putaran. Padahal, saya merasa belum semua peranti dan fitur yang ada terlihat keampuhannya seperti yang dijanjikan Honda.
Saya pun mencoba menarik satu benang merah atas uji yang secara singkat itu. “Secara umum, performa mesin, pengendalian, serta desaian MegaPro anyar ini terbilang diatas rata-rata,” itulah hipotesa saya.
Hanya, untuk desain ada satu hal yang masih mengganjal yaitu bentuk tangki yang bergaya hi-mount terasa tidak proporsional. Namun, beberapa menit kemudian obyektifitas mengetuk kesadaran saya. “Itu soal selera” itulah bisikan logika yang saya terima.
Saya pun tersadar, apa yang saya anggap kurang proporsional mungkin bagi orang lain cukup atau sebaliknya. Honda pun membuktikan bahwa kecapnya memang bukan nomor enam belas.
Kini, PT AHM bersiap menggelontorkan model baru itu ke pasar dengan satu keyakinan mampu merebut hati konsumen di tanah air. Terlebih, harga motor bermesin 150 cc empat tak, SOHC, dengan lima percepatan juga lebih murah ketimbang pendahulunya. Varian velg palang atau casting wheel dibanderol Rp 19,5 juta dan varian velg jari-jari atau spoke wheel Rp 18,3 juta.
Sementara generasi sebelumnya yang bermesin 160 cc, varian bervelg palang dibanderol Rp 20,59 juta dan varian velg jari-jari Rp 19,44 juta on the road Jakarta.ARIF ARIANTO