
TEMPO/Sulhi
TEMPO.CO , Jakarta:- Bagi Eko Purwantoro, Vespa bukan sekadar tunggangan. Skuter gemuk ini membawanya menembus kenangan indah tiga dekade lalu, saat berkeliling Kota Denpasar, Bali, bersama ayahnya. Memori inilah yang membuat Eko menahbiskan Vespa PS 150 cc sebagai tunggangan harian hingga saat ini. "Motor ini klasik, nyaman, dan unik,” kata pria 30 tahun itu kepada Tempo, Jumat 10 Mei 2012.
Kini, Eko dan sejumlah rekannya mendirikan klub Family of Scooter Lover atau FOSL, yang bermarkas di kawasan Nusa Dua, Bali. Perkumpulan ini memiliki 30 anggota dengan puluhan koleksi Vespa lawas, seperti Super 60, Sprint, PS, dan PX 150. "Tipe semacam ini harganya masih terjangkau," kata dia.
Setelah aktif dalam perkumpulan Vespa, Eko pun merasakan dampak positif lain. Menurut dia, komunitas penggemar tawon besi ini (“Vespa” berarti “tawon” dalam bahasa Latin) memiliki solidaritas yang tinggi. “Contoh kecilnya, kalau ada Vespa mogok, pasti dibantu,” ucapnya. FOSL pun aktif menjalin hubungan dengan perkumpulan lain di luar Bali, seperti Bandung, Jakarta, dan di kota lain.
Jangan anggap sepele kekuatan komunitas dan romantisme masa lalu. Pasalnya, dua hal inilah yang bisa membawa kembali Vespa ke Indonesia. Setelah absen dari industri otomotif nasional lebih dari 10 tahun, Piaggio kini siap bertarung lagi. Melalui PT Piaggio Indonesia, tahun ini ada empat model Vespa yang siap meluncur.
Dalam acara ulang tahun Vespa ke-66 dua pekan lalu, Piaggio Indonesia meluncurkan skuter matik Vespa S 150. Menurut Direktur Pelaksana Piaggio Indonesia Sergio Mosca, Vespa S melengkapi dua varian yang telah meluncur setahun sebelumnya, yakni Vespa LX 150 dan LX 125. "Tiga varian ini menjadi tonggak kembalinya Vespa di Indonesia," kata dia.
Setelah LS, tiga model lain yang bakal masuk pasar adalah Vespa S, Vespa GTS 250, serta skuter 3 roda 400 cc, Piaggio MP3. Skuter-skuter matik ini diimpor dari Vietnam. Mosca optimistis model-model ini mampu merebut pasar. Ia yakin penggemar fanatik dan anggota klub Vespa di Indonesia yang berjumlah lebih dari 40 ribu orang bisa melecut bangkitnya pasar skuter Italia ini. "Hal ini ditunjang oleh 43 dealer dan 8 agen pelayanan regional kami," ujarnya.
Sony Budiwasono, Manajer Pemasaran Piaggio Indonesia, mengatakan Vespa bakal mengeruk pasar konsumen kelas menengah Indonesia yang terus tumbuh. Hal ini, kata dia, bisa terjadi lantaran Vespa tak memiliki pesaing yang setara. Pabrikan Jepang yang memasarkan skuter matik pun bukan pesaing langsung karena selisih harga yang terbilang jauh. Vespa LX dibanderol Rp 23 juta, sedangkan varian LS seharga Rp 27,5 juta, hampir dua kali lipat dari skuter otomatis biasa. “Kami bisa memberi pilihan kepada konsumen.” ujarnya.
Aspek nostalgia pun tak akan luput disentuh Vespa. Sony mengatakan hal ini diwakili oleh Vespa PX 150 versi terbaru yang siap meluncur pada Juni mendatang. Secara tampilan, PX 150 baru ini mirip versi lama dan diklaim mampu merebut hati pencinta skuter klasik. "Di Eropa, skuter ini sudah mulai dipasarkan dan cukup laris," katanya.
Sebagai Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) baru, angka penjualan Piaggio Indonesia terbilang lumayan. Sejak Juli hingga Desember 2011, Piaggio bisa menjual 5.000 unit Vespa. Pada tiga bulan pertama tahun ini, Vespa yang terjual pun sudah lebih dari 5.000 unit. Setara 1 persen target pasar skuter otomatik nasional sepanjang 2012 yang mencapai 4,98 juta unit.
Pakar otomotif Suhari Sargo menilai faktor komunitas dan romantisme masa lalu merupakan strategi pemasaran yang efektif untuk Vespa. Karena itu, skuter ini bukanlah alat transportasi utama seperti sepeda motor buatan Jepang, yang lebih murah pengoperasiannya. "Penggunaannya lebih untuk fashion," ujarnya.
Namun, karena konsumennya tak masif, Suhari menduga Vespa tak bisa merebut pasar sepeda motor nasional secara signifikan. "Maksimal hanya 10 persen." demikian perkiraan Suhari.
Kita lihat saja, apakah si tawon besi mampu menyengat Indonesia seperti dulu.
FERY FIRMANSYAH | I WAYAN AGUS PURNOMO