Astra Daihatsu Motor (ADM) memperkenalkan mobil murah terbarunya yaitu Daihatsu AYLA di Hotel Kempinski, Jakarta, (9/9). Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Saleh Abdurrahman, mengatakan program mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) tidak akan menurunkan konsumsi bahan bakar minyak secara signifikan. "Program mobil murah justru menambah jumlah mobil. Akhirnya konsumsi bahan bakar minyak juga terus bertambah," kata Saleh kepada Tempo. (Baca: Subsidi BBM Tekor, Mobil Murah Dievaluasi).
Mobil murah pun berpotensi membuat bengkak anggaran negara jika tidak menggunakan bahan bakar nonsubsidi. Menurut Saleh, LCGC dilengkapi mesin yang memungkinkan penggunanya untuk menghemat bahan bakar. Namun tidak ada yang bisa menjamin para pengguna LCGC hanya mengkonsumsi bahan bakar nonsubsidi.
Karena itu, Saleh menilai program konversi energi atau mengalihkan penggunaan bahan bakar dari minyak ke gas sebagai cara efektif menghemat anggaran. Meski awalnya mahal karena mesti membangun infrastruktur dan membeli komponen bahan bakar gas, pada akhirnya konversi energi bisa menghemat subsidi minyak. (Baca: Aturan Tak Jelas, LCGC Habiskan BBM Bersubsidi).
Sebelumnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak impor akan semakin besar. Menurut dia, saat ini Indonesia harus menghabiskan Rp 1,4 triliun per hari untuk mengimpor bahan bakar minyak. Pada 2018 nilainya diperkirakan menjadi Rp 2 triliun per hari. Hal ini terjadi salah satunya karena jumlah kendaraan yang meningkat.
NURUL MAHMUDAH
Berita TerpopulerSindir Jokowi Lagi, Prabowo: Kau Pembohong, Maling Video Ical-Duo Zalianty Diambil Sekitar 2010-2011 Mega Beberkan Alasannya Pilih Jokowi Jokowi: Saya itu Ndeso, Miskin Koneksi