dualfuelautos.com
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro meminta produsen kendaraan di Indonesia untuk membuat mobil dual fuel atau memiliki mesin yang bisa digerakkan bahan bakar minyak dan gas.
Kendaraan tersebut dinilai efektif untuk mendukung program konversi energi dan penghematan bahan bakar minyak. "Jika tahun ini tidak bisa, tahun depan harus dilakukan," kata Bambang di kantornya, Jumat, 28 Maret 2014. (Baca: SPBG Keliling Segera Beroperasi di Surabaya)
Bambang mengatakan, jika mobil dual fuel dibuat langsung oleh pabrikan, tidak perlu lagi ada biaya pembuatan konverter kit. Pemilik kendaraan pun merasa lebih aman dan nyaman karena peranti pendukung konversi energi dibuat oleh pabrikan otomotif secara langsung. "Jika memakai konverter kit biasa mungkin lebih mahal dan konsumen merasa tidak aman." (Baca: Subsidi BBM di Jakarta Dihapus, Ada Syaratnya).
Menurut Bambang, kebijakan industri otomotif di Indonesia harus sejalan dengan program pengurangan konsumsi energi fosil. Dia menegaskan kebijakan ini tidak perlu diberi embel-embel insentif untuk merangsang partisipasi pabrikan. Namun daya tarik lain yang bisa dijual adalah harga bahan bakar gas yang relatif murah dibandingkan bensin, Rp 3.100 per liter. " Pebisnis itu rasional, mereka melihat apa yang menguntungan untuk mereka," ujarnya.
Untuk menghemat konsumsi bahan bakar minyak di sektor otomotif, pemerintah sudah berulang kali membuat kebijakan. Produsen pernah diminta untuk mengembangkan mobil listrik, mobil bermesin hibrida (gabungan motor listrik dengan mesin bensin), dan memasang konverter kit gas di kendaraan. Namun hingga kini kebijakan tersebut belum ada yang berjalan secara efektif. (Baca : Konversi BBM ke BBG Terhambat Regulasi).
ANGGA SUKMA WIJAYA
Berita TerpopulerJokowi: Terima Kasih Pak Prabowo Info Radar MH370 Mungkin Sengaja Disembunyikan 5 Kekalahan Pemerintah atas Lapindo Brantas MH370 Buka Luka Lama Korban Pembajakan MH653