Teknisi Mobil BBG Erwin Wijaya (kanan), menjelaskan mekanisme kerja converter CNG (gas terkompresi) kepada Wakil Walikota Malang Bambang Priyo Utomo di Balaikota Malang, Jawa Timur, Rabu (8/8). TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Sales and Marketing, PT Nissan Motor Indonesia, Teddy Irawan, memperkirakan harga mobil dual fuel atau berbahan bakar gas dan bensin akan lebih mahal ketimbang mobil biasa. Sebab, ada spesifikasi yang diubah dan ada komponen tambahan yang dipasang. "Mengubah spesifikasi kendaraan menjadi dual fuel pun bukan hal yang mudah," kata dia kepada Tempo, Sabtu, 29 Maret 2014.
Sebagai ilustrasi, harga jual mobil dual fuel bisa disamakan dengan biaya saat membeli mobil biasa ditambah harga konverter kit gas untuk bahan bakar plus biaya modifikasi. Biaya pembelian dan pemasangan konverter kit diperkirakan mencapai Rp 15-20 juta per unit. (Baca: APM Minta Studi Pemerintah Soal Mobil Dual Fuel)
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah berniat mewajibkan produsen kendaraan untuk membuat mobil dual fuel. Sebab, mobil dual fuel dinilai efektif mendukung program konversi energi dan penghematan bahan bakar minyak. Aturan mengenai mobil ini akan diterbitkan pada 2015, atau setelah pemerintahan baru terbentuk. (Baca: Produsen Otomotif Wajib Buat Mobil Dual Fuel).
Menurut Teddy konsumen akan mempertanyakan keuntungan penggunaan mobil dual fuel. Selain ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar gas, tantangan yang dihadapi mobil dual fuel adalah harga jual gas. "Apakah lebih murah daripada bensin atau solar," ujarnya.
Teddy meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana mewajibkan produksi mobil dual fuel. Dia khawatir konsumen akan memberi respon negatif pada kendaraan model baru ini. "Dengan harga yang lebih mahal, apakah masyarakat mau dibebani biaya yang semestinya belum perlu?" katanya. (Baca: Aturan Wajib Mobil Dual Fuel Terbit Tahun Depan ).
Untuk menghemat konsumsi bahan bakar minyak di sektor otomotif, pemerintah sudah berulang kali membuat kebijakan. Produsen pernah diminta untuk mengembangkan mobil listrik, mobil bermesin hibrida (gabungan motor listrik dengan mesin bensin), hingga memasang konverter kit gas di kendaraan. Namun hingga kini kebijakan tersebut belum ada yang berjalan secara efektif.
AYU PRIMA SANDI | FERY FIRMANSYAH
Berita TerpopulerKasus Satinah, Pemerintah Tak Sudi Jadi Komoditas Akhirnya Polisi Temukan Bayi dan Penculiknya Cerita Para Korban MH370