Pengunjung berfoto di samping sebuah mobil yang dipajang dalam pameran otomotif "European Auto Show" di Sabuga, Bandung, Jawa Barat. (12/10). TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Bisnis.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian mengungkapkan kelesuan pasar domestik kendaraan roda empat akhir-akhir ini tak berdampak pada geliat investasi sektor tersebut. Sebab, para produsen menganggap Indonesia masih tetap potensial.
Dari catatan terbaru Asean Automotive Federation (AAF), pada awal tahun, capaian penjualan kendaraan roda empat domestik di Indonesia turun cukup tajam dibanding negara lainnya di kawasan Asean. Dengan capaian 94.194 unit pada Januari, Indonesia mecatatkan penurunan sekitar 9,1 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Tingkat penurunan itupun melampaui level penurunan pertumbuhan pasar domestik negara se-Asean yang sekitar 2,4 persen. Lesunya pasar Indonesia tak separah pasar domestik Thailand yang harus merasakan penurunan sekitar 12,8 persen sepanjang Januari.
Lebih-lebih, jika ditilik dari sisi produksi, sewaktu negara-negara Asean secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan produksi, dari 336.367 unit pada Januari 2013, terangkat 1,2 persen pada tahun ini menjadi 340.474 unit. Akan tetapi untuk Indonesia malah mengalami penurunan 5,6 persen, dari sekitar 104.732 unit terpangkas hingga kisaran 98.838 unit.
Sebaliknya, fakta berbeda ditampilkan kinerja investasi. Alih-alih mengikuti tren penurunan produksi maupun konsumsi domestik, komitmen investasi baru berdatangan.
Memang, realisasi penanaman modal industri kendaraan bermotor pada tahun lalu telah melambat setelah tumbuh 131 persen pada dua tahun terakhir. Pada 2012, realisasi investasi sebesar US$2,504 miliar, sedangkan tahun berikutnya mencapai US$5,801 miliar, pada 2014 realisasi kembali ke kisaran US$2,5 miliar.
Melorotnya nilai investasi itupun sejalan dengan berakhirnya penambahan kapasitas pabrik otomotif di dalam negeri. Hingga saat ini, kapasitas terpasang pabrik mobil di Indonesia telah mencapai dua juta unit mobil per tahun, namun utilisasi sebagaimana permintaan domestik masih berkisar 1,2 juta unit dan pasar ekspor sekitar 200.000 unit.
Akan tetapi, awal tahun ini merupakan panggung yang bagi wajah agresif pemain otomotif asal Jepang. Indonesia telah menerima komitmen investasi sektor otomotif dari para prinsipal besar Jepang senilai US$4,42 miliar di awal tahun.
Komitmen investasi yang diraih seiring dengan lawatan Presiden Joko Widodo ke Jepang beberapa waktu lalu itu terdiri dari rencana investasi Toyota Motor Co yang tercatat sebanyak US$1,9 miliar. Rencana investasi itu dari keterangan BKPM belum memasuki tahap pengajuan izin, masih perlu tindaklanjut ke depannya.
Sementara itu empat korporasi lainnya, termasuk Suzuki Motor Corporation sekitar US$2,52 miliar. Sedangkan Suzuki berencana mengucurkan dana segar sebanyak US$1 miliar, sisanya tiga perusahaan yang telah lebih dulu mempunyai basis produksi di Indonesia.
Menurut BKPM, sejauh ini komitmen investasi itu telah memasuki tahap realisasi, karena keempatnya telah mengantongi izin dari otoritas permodalan. Kabarnya, realisasi investasi tersebut baru dimulai saat menapak triwulan II/2015 dengan adanya beberapa kegiatan peletakan batu perdana pengembangan pabrik.
Direktur Alat Transportasi Darat Kemenperin Soerjono menengarai adanya keinginan kuat menguasai pasar domestik Indonesia yang masih cukup potensial dan sangat besar. Terlebih, Indonesia adalah satu-satunya negara Asean yang bersama China dan India pernah lolos dari kemelut krisis global.
"Mereka mungkin masih ingat pada waktu ada krisis global yang masih ada pertumbuhan positif kan cuma China, India dan Indonesia," ujar Soerjono kepada Bisnis, Minggu,5 April 2015.