Sebuah mobil VW Golf VII parkir di tower delivery di pabrik mobil Volkswagen, Wolfsburg, Jerman, 3 Maret 2015. REUTERS/Fabian Bimmer
TEMPO.CO, Jakarta - Skandal manipulasi kadar emisi gas kendaraan yang dilakukan Volkswagen AG (VW) di Amerika Serikat bakal berdampak buruk terhadap industri otomotif, khususnya Industri Jerman. Bahkan, diperkirakan bisa memicu krisis baru di Eropa.
"Jika penjualan VW di Amerika Utara merosot dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini tak hanya berdampak pada perusahaan, tetapi juga pada Jerman keseluruhan," kata Carsten Brzeski, ekonom pada lembaga keuangan global ING, Brzeski.
VW saat ini mempekerjakan 270.000 karyawan atau setara dengan sepertiga dari total pekerja industri otomotif Jerman yang mencapai 775.000 orang.
Menurut analis Citi, Chris Main, pasar mobil bermesin diesel perlahan bakal tergerus lantaran konsumen menyadari ada polutan berbahaya yang selama ini disembunyikan oleh produsen. "Konsumen kini berhati-hati sebelum membeli mobil bermesin diesel," kata dia, sebagaimana dikutip dari Reuters, kemarin.
Isu skandal emisi VW bakal mengubah mimpi indah produsen mobil diesel yang selama beberapa tahun terakhir menikmati kenaikan penjualan di Eropa, Amerika, dan sebagian Asia. Sebelum kasus ini muncul, porsi penjualan mobil diesel melampaui separuh dari pasar kendaraan di Eropa. Varian ini laku karena dianggap punya keunggulan ketimbang mesin bensin, yakni lebih hemat bahan bakar, perawatannya lebih murah, tenaganya lebih besar, dan kadar emisi karbon monoksidanya lebih rendah.
Menurut Main, selain merusak pasar, skandal VW memaksa produsen mobil mengeluarkan biaya tambahan hingga US$ 670 per unit demi memenuhi syarat kadar emisi. Bengkaknya ongkos tentu kontras dengan kondisi pasar yang tengah lesu. Main juga menyebutkan ada bisnis lain yang turut merugi, yakni industri komponen catalytic converter. "Produksi komponen pengatur emisi ini sangat bergantung pada pasar mobil diesel."
Skandal VW berawal dari peringatan atau notice of violation (NOV) yang dikeluarkan oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA). Dalam NOV yang dirilis pada 18 September lalu, EPA menyebutkan VW memanipulasi kadar emisi mobil yang beredar di Amerika Serikat, yakni Jetta, Jetta Sportwagen, Beetle, Beetle Convertible, Audi A3, Golf Sportwagen, dan Passat.
Menurut Asisten Administrator EPA, Cynthia Giles, mesin mobil buatan 2009-2015 itu dipasangi perangkat pintar yang bisa memanipulasi kadar emisi, bernama electronic control module (ECM). Saat ECM dimatikan, kadar emisi nitrogen monoksida (NOx) mobil-mobil itu ternyata 40 kali lebih besar daripada batas yang diperbolehkan. "Menggunakan perangkat untuk memanipulasi standar udara bersih adalah pelanggaran karena mengancam kesehatan masyarakat," kata Giles, dikutip dari situs EPA. "Kami akan terus menyelidiki masalah ini."
VW pun terancam denda yang cukup besar. Berdasarkan perhitungan EPA, populasi mobil bermasalah itu mencapai 480 ribu unit sejak dipasarkan pada 2008. Jika satu mobil diberi denda US$ 37.500, berarti VW harus membayar US$ 19 miliar. Manajemen VW, yang mengakui skandal tersebut, dikabarkan telah menyiapkan dana US$ 7,3 miliar untuk membayar denda. Nilainya ada kemungkinan membengkak jika negara lain melakukan investigasi serupa. Ada kemungkinan VW menarik 11 juta mobil di seluruh dunia akibat kasus ini.
Rabu lalu, Kepala Eksekutif VW, Martin Winterkorn, mundur dari jabatannya dan menyatakan bertanggung jawab atas kasus ini. Dia mengaku bahwa seluruh tindakannya dilakukan demi kepentingan perusahaan, meski tak menyadari apa yang salah. "Saya selalu termotivasi untuk melayani perusahaan ini, terutama pelanggan dan karyawan. Volkswagen telah, sedang, dan akan selalu menjadi hidup saya," ujarnya, dikutip dari BBC.
ABDUL MALIK | BBC