Menteri Perindustrian Saleh Husin di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 26 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
SWA.CO.ID, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta industri produsen ban kendaraan bermotor melakukan ekspansi ke sektor hulu. Salah satunya dengan melakukan investasi perkebunan dan industri pengolahan karet. Langkah usaha ini diharapkan turut mempercepat penguatan struktur industri dan penghiliran industri berbasis agro ini. Selain itu meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
“Sejarah industri ban di Indonesia sudah sangat kuat, sejak jaman kolonial. Ekspansi ke hulu dan pengolahan semakin memperkuat industri ini karena mengamankan pasokan bahan baku,” kata Menperin Saleh Husin saat mengunjungi pabrik ban PT Goodyear Indonesia Tbk di Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat, Selasa, 27 Oktober 2015.
Salah satu daerah yang ditawarkan untuk menjadi sentra industri ban adalah Sumatera Selatan karena merupakan sentra perkebunan karet. Di provinsi itu, terdapat Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api, Kabupaten Banyuasin yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi pengembangan.
Kemenperin mencatat, saat ini penggunaan karet alam di Indonesia sebesar 55% dimanfaatkan oleh industri ban dan diharapkan terus bertambah mengingat konsumsi karet alam domestik hanya mencapai sekitar 18 persen dari total produksi karet nasional. Sementara itu tingkat konsumsi domestik ini masih jauh dibawah Malaysia, China dan India yang telah menyerap lebih dari 40%.
Sejauh ini, sektor industri ban merupakan salah satu andalan industri manufaktur yang mampu berkembang lebih baik dari segi kemampuan produksi maupun ekspor. Produsen ban nasional mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, secara kualitas, maupun kuantitas. Khusus ban mobil penumpang, sekitar 70 persen hasil produksi diekspor ke berbagai negara di seluruh penjuru dunia dengan nilai ekspor US$ 1,6 miliar pada tahun 2014, sangat baik untuk devisa negara.
Nilai ekspor tersebut, imbuh Saleh Husin, masih dapat ditingkatkan mengingat terbukanya peluang yang besar seiring globalisasi perdagangan yang terjadi saat ini. “Saya harapkan agar pada tahun-tahun mendatang kinerja ekspor dapat terus meningkat mengingat industri ban nasional memiliki daya saing yang tinggi, serta memiliki pengalaman selama puluhan tahun,” ujarnya.
Pertumbuhan kebutuhan ban sebagai salah satu komponen kendaraan bermotor sangat terkait dengan pertumbuhan industri kendaraan bermotor. Dengan pertumbuhandalam negeri rata-rata sebesar 8% setiap tahunnya, maka permintaaan akan produk ban akan bertumbuh di atas pertumbuhan industri kendaraan bermotor.
“Kondisi ini merupakan peluang bagi produsen ban dalam negeri untuk meraih pasar secara optimal dan meminimalisir produk ban impor,” kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Harjanto pada kesempatan yang sama.
Goodyear merupakan raksasa produsen ban berpusat di Amerika Serikat dan memiliki 60 pabrik di 25 negara. Total karyawan perusahaan mencakup 75 ribu orang di seluruh penjuru dunia. “Produksi Goodyear di Indonesia mencapai 2,9 juta ban,” kata Direktur Pemasaran dan Penjualan Goodyear Indonesia, Yedi Sondy. Perusahaan ini telah hadir sejak 1935 dan kini memusatkan operasinya di atas lahan seluas 172 ribu m2 di Bogor, Jawa Barat.
Dari dua kategori utama ban, jenis commercial (bus, truk) dan consumer (mobil pribadi), Goodyear mengekspor 55% produksinya. Sisanya ke pasar domestik dan memasok ke pabrikan atau original equipment manufacturer seperti Mitsubishi, Hino, Honda dan Daihatsu.
Penjualan ban Goodyear di semester I 2015 sebesar US$ 79,25 juta tercatat hampir sama dengan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar US$ 79,24 juta. Pada periode ini, perseroan membukukan rugi bersih sebesar US$ 353,75 ribu.dari tahun sebelumnya yang masih meraih laba US$ 279,64. Industri otomotif nasional hingga September tahun ini masih belum pulih karena turunnya volume penjualan kendaraan beroda empat.