Montir melakukan servis kendaraan di servis center dan penjualan mobil Ford di Jakarta, 26 Januari 2016. Ford juga berkomitmen untuk menyediakan kesinambungan dukungan pelayanan servis dan garansi kendati sudah tidak beroperasi. Perusahaan akan tetap menjaga hubungan sebelum proses pergantian untuk memberitahukan mengenai pengaturan yang baru. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Produsen mobil asal Amerika Serikat, Ford Motor Company, menyatakan menutup kegiatan operasinya di Indonesia. Apa dampaknya bagi industri otomotif di dalam negeri?
Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan keputusan Ford itu tidak akan mengganggu laju investasi maupun industri otomotif di Indonesia. "Ford hanya mengimpor mobil dari pabriknya di Thailand, maka tidak akan ada dampaknya bagi industri otomotif nasional," kata Saleh di sela rapat kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Rabu, 27 Januari 2016.
Saleh menyebutkan Ford terpaksa menutup kegiatan operasinya karena kalah bersaing dengan produsen otomotif lain dalam dukungan industri komponen. Berbeda dengan perusahaan otomotif lain, Ford memang hadir di Indonesia tanpa dukungan pabrik komponen. "Para pabrikan (lain) itu membangun industri komponen di sini karena mereka bervisi panjang, serius. Maka, ayo jadikan Indonesia sebagai basis produksi jika ingin menangi persaingan, jangan hanya menjadikan pasar," ujarnya.
Dia menambahkan, investasi pada sektor otomotif tetap tumbuh. "Investasi pada bidang otomotif terus membaik dan tumbuh. Buktinya, Wuling yang bekerja sama dengan General Motors," tutur Saleh.
SAIC General Motors Wuling merupakan perusahaan patungan produsen mobil asal Cina dengan General Motors. Perusahaan itu mengumumkan rencana membangun pabrik mobil senilai US$ 750 juta di Karawang, Jawa Barat. Targetnya, pabrik tersebut akan mulai beroperasi pada 2017.
Bukan itu saja, beberapa perusahaan otomotif asal Jepang juga masih menambah investasinya di Tanah Air. "Mitsubishi, Isuzu, Toyota, dan lain-lain malah berinvestasi terus," ucap Saleh.
PINGIT ARIA