Gubernur DKI Jakarta Nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok disambut oleh ibu-ibu dari Majelis Taklim Ar-Rahman saat blusukan di kawasan Kebon Jahe, Petojo Selatan, Jakarta, 8 November 2016. TEMPO/Larissa
TEMPO.CO, Jakarta - Blusukan yang dilakukan calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, ke sejumlah titik di Jakarta Pusat nyaris tidak ada hambatan. Padahal, beberapa waktu sebelumnya, Ahok sempat mendapat penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat atas dugaan penistaan agama yang ia lakukan.
Ketua Majelis Taklim Ar-Rahman Siti Maemunah, 57 tahun, justru tidak ambil pusing dan tetap menyambut Ahok. Di tengah kehadiran Gubernur DKI Jakarta nonaktif tersebut, sempat terdengar suara sirene keras, tapi Maemunah menjamin tidak akan terjadi apa-apa. "Tenang, Pak. Di sini aman," katanya kepada Ahok di Kebon Jahe, Petojo Selatan, Jakarta Pusat, Selasa, 8 November 2016.
Pada Jumat lalu, atau 4 November 2016, ribuan orang menyesaki Ibu Kota untuk menuntut proses hukum terhadap Ahok dengan tuduhan dugaan penistaan agama. Meski begitu, Maemunah tidak mempedulikan kasus yang tengah menjerat Ahok itu.
"Saya enggak ikutan. Saya sekadar prihatin. Saya enggak ikutan, saya doakan supaya enggak apa-apa. Kami tetap serahin ke proses hukum," tutur Maemunah.
Maemunah ditemui Ahok saat sedang melayat salah seorang anggota jemaahnya yang bernama Sukarti, 60 tahun. Ia bercerita tentang kesulitan yang dialami majelis taklimnya selama ini yang serba kekurangan. Dari penyediaan karpet, mikrofon tanpa kabel atau wireless, hingga kebutuhan lain.
Maemunah juga menyampaikan bahwa majelis taklim yang ia pimpin selama ini harus menyantuni 40 anak yatim atau piatu. "Kami minta diperhatikan juga majelis taklim karena anak yatimnya banyak. Dan kami cari dana sendiri. Kami minta dibantu saja," ucapnya.
Baca juga: Kalla Bantah Pemerintah Lambat Antisipasi Demo 4 November Terungkap, Alasan Ahok Sepakati Gelar Perkara Terbuka
Mendengar aduan itu, Ahok menyerahkan secarik kartu nama kepada Maemunah dan warga Kebon Jahe lain. Ia berharap warga bisa menghubunginya jika ada keluhan di lingkungan sekitar. "Silakan lapor saya, Bu. Kirim SMS atau kirim surat. Pasti masuk dan saya balas," tutur Ahok.
Ahok mengaku sengaja memberikan nomor pribadinya lantaran ia tidak mungkin bertemu dengan warga setiap hari. Sebagai pejabat, kata Ahok, dia membutuhkan informasi langsung dari warganya. "Saya ke kampung itu cuma Sabtu-Minggu saat menghadiri hajatan," ujarnya.
LARISSA HUDA