Donald Trump dan Barack Obama by Twitter
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah rencana ekonomi Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat sejumlah produsen otomotif raksasa menghadapi kekacauan dalam operasi international mereka. Kondisi serupa dialami produsen sepatu dan ritel.
Keputusan Domald Trump untuk meninggalkan Trans-Pacific Partnership (TPP) serta janjinya menegosiasikan kembali perjanjian North American Free Trade Agreement (NAFTA) memaksa para perusahaan memikirkan kembali strategi bisnis.
Baca: Peringatan Baru Trump kepada Produsen Mobil
"Setiap perusahaan global sekarang ini sedang mencoba untuk memahami apa yang akan berubah," kata Simeon Siegel, seorang analis di Instinet LLC seperti dikutip dari Bloomberg. "Dampak terhadap jaringan pasokan, pajak, dan struktur biaya sangat jelas menjadi pertanyaan."
Donald Trump menandatangani sejumlah rencana kebijakan sebagai pemenuhan janjinya memperbaiki berbagai kebijakan perdagangan segera setelah dirinya resmi menjabat. Trump terus mencemooh bahwa berbagai kesepakatan perdagangan itu membunuh lapangan pekerjaan dan menyebut NAFTA sebagai perjanjian terburuk yang pernah ada.
Lihat: Donald Trump Menggertak, Begini Respons Industri Otomotif
Caitlin Webber, seorang Analis Kebijakan Perdagangan di Bloomberg Intelligence, menerangkan bahwa banyak perusahaan dan industri multinasional sangat kecewa terhadap rencana Donald Trump tersebut. Mereka juga akan menghadapi ketidakpastian karena akan menegosiasikan kembali perjanjian NAFTA.
"Para manufaktur otomotif pun kini telah menghentikan sementara investasi mereka hingga mereka mengetahui kepastian hubungan perdagangan antara AS dan Meksiko," kata President of The CarLab Eric Noble.
Menurut Noble, lonjakan tambahan biaya hingga US$ 1 miliar untuk setiap pendirian pabrik baru dinilai terlalu berisiko. Para produsen otomotif pun kerap menjadi target kritik Trump yang pernah mengancam pajak tinggi untuk General Motors Co. yang memproduksi mobil di Meksiko.
BISNIS.COM