Lalu lintas kota London. (auto-fail.com)
TEMPO.CO, Jakarta - Produksi mobil di Inggris mencatat angka tertinggi dalam 17 tahun terakhir. Namun menurut catatan Asosiasi Produsen dan Pedagang Otomotif Inggris (SMMT), investasi di sektor otomotif anjlok 33 persen pasca negara itu memutuskan untuk keluar dari pasar tunggal Eropa (Brexit).
Tahun lalu, Inggris memproduksi sekitar 1,72 juta unit mobil. Angka ini menurut SMMT melonjak 8,5 persen dari tahun 2015, tertinggi sejak 1999. Namun investasi untuk memproduksi mobil baru turun menjadi US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 28,1 triliun.
Baca Juga: Chevrolet Siap SUV Terbaru, Mungkinkah Trailblazer?"Perusahaan-perusahaan otomotif menunda keputusan untuk berinvestasi sampai ada kepastian," ucap CEO SMMT Mike Hawes kepada pers seperti dikutip dari europe.autonews.com, Kamis 26 Januari 2017.
Perusahaan otomotif menentang keputusan Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa. Sebab Inggris bisa terkena tarif perdagangan sesuai aturan World Trade Organization (WTO) yang bisa membuat industri otomotif Inggris menjadi tidak kompetitif. Apalagi Uni Eropa menyumbang lebih dari setengah ekspor mobil Inggris tahun lalu, karena ekspor otomotif dari Inggris ke negara-negara di Uni Eropa bebas tarif. Sejumlah produsen mobil global seperti Nissan, Toyota, Jaguar Land Rover, Rolls Royce ke luar negeri memutuskan untuk memindahkan produksi ke luar negeri.
Simak: Bajaj Kembali Bidik Penjualan KTM di IndonesiaSejauh ini, rencana Inggris keluar dari Uni Eropa (British Exit/Brexit) seperti yang diinginkan oleh Perdana Menteri Theresa May belum 100 persen pasti. Para pelaku bisnis pun berharap Theresa May akan mengambil langkah bijak, yakni Inggris bertahan di pasar tunggal Uni Eropa.
EUROPE.AUTONEWS|SETIAWAN ADIWIJAYA