Mobil Datsun Go Cross yang di pamerkan dalam acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 di BSD City, Tangerang, 12 Agustus 2016. TEMPO/Fajar Januarta
TEMPO.CO, Jakarta - Merek mobil yang identik dengan produk kendaraan murah hemat energi (low cost green car/LCGC), Datsun, menutup 2016 dengan hasil kurang menggembirakan. Penjualan mereka pada tahun lalu turun 11 persen dari 29.385 unit pada 2015 menjadi 26 ribu unit.
Baca : Bisnis Otomotif Diprediksi Masih Lesu, Ini Strategi AHM
Munculnya produk pesaing Toyota Calya dan Sigra yang sama-sama berjenis multi purpose vehicle (MPV) di segmen LCGC, diakui menjadi salah satu faktor penurunan penjualan tersebut. “Pesaing baru membuat kompetisi semakin ketat,” kata Head of Datsun Indonesia Indriani Hadiwidjaja di Bandung, Kamis, 26 Januari 2017.
Menghadapi pasar LCGC yang semakin ramai, mau tak mau Datsun harus melancarkan strategi baru. Penyegaran produk, penambahan varian, sampai peluncuran produk baru, kata Indriani, adalah upaya Datsun untuk membendung keagresifan kompetitor. Terlebih, hingga saat ini dua produk Datsun, yakni Go Panca (hatchback) dan Go+ Panca (MPV), tertinggal oleh produk di segmennya yang rata-rata sudah punya varian transmisi otomatis.
Baca : Datsun Pelajari Peluang Ekspor dari Indonesia
Indriani menyatakan, kehadiran varian transmisi otomatis pada dua produk Datsun tinggal menunggu waktu. Begitu juga dengan peluncuran produk ketiga mereka, Go Cross, yang sosoknya sudah diperlihatkan di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show tahun lalu. “Secepatnya,” kata Indriani. Meski tak merinci waktu peluncuran, dia mengiyakan produk baru ini akan masuk tahun ini.
Datsun, kata Indriani, memang tak mau buru-buru menjual model bertransmisi otomatis dan produk baru. Sebab, dia menjelaskan, sejak awal Datsun hadir untuk mengakomodasi para pemilik mobil pemula yang memang menjadi target utama segmen LCGC. “Terbukti pangsa pasar transmisi manual di segmen ini masih 70 persen.” Adapun soal model baru, Datsun juga menjalankan rencana awalnya, yakni model ketiga pada tahun ketiga.
Upaya lain yang dilakukan Datsun untuk menggenjot penjualan adalah dengan memangkas biaya kepemilikan. Mengikuti induknya, Nissan Motor Indonesia, Datsun mulai awal 2017 menggratiskan biaya servis hingga 50 ribu kilo meter atau 4 tahun pertama. Cara ini diklaim akan menurunkan beban konsumen hingga 20 persen.
Baca : Taksi Online di Singapura Enggan Angkut Penumpang Bawa Bayi
Presiden Direktur Nissan Motor Indonesia, Antonio Zara, mengungkapkan kendala lain yang tengah dihadapi Datsun di Indonesia adalah popularitas merek. “Berdasarkan survei kami, dari 10 orang hanya tujuh orang yang tahu Datsun.” Karena itu, kata pria yang akrab disapa Toti tersebut, tahun ini Datsun harus lebih gencar berpromosi. “Terutama untuk memberi tahu konsumen soal keunggulan produk kami, terutama yang tak terlihat oleh mata.”
Datsun berancang-ancang agar lebih agresif di tahun ini, merek lain yang juga bermain di segmen LCGC, Daihatsu, memilih bersikap kalem. Penjualan produk mereka di segmen ini, Ayla dan Sigra, terus berlari kencang dengan volume sebanyak 40.309 unit dan 24.642 unit pada tahun lalu.
Baca : Gaikindo Optimistis Penjualan Mobil 2017 Lebih Kinclong
Daihatsu, menurut Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor, Amelisa Tjandra, tidak akan mengeluarkan produk baru pada 2017. Begitu juga dengan model penyegaran maupun edisi spesial. “Kami rasa belum perlu,” kata dia di Gorontalo dua pekan lalu. “Berdasarkan survei kami, konsumen masih suka dengan produk yang ada. Kalau konsumen minta penyegaran, baru kami akan pikirkan.”
PRAGAUTAMA