Subaru Tecnica International (STI) Performance Concept, saat dipamerkan di New York International Auto Show, di kota New York, 1 April 2015. Untuk tampil lebih gahar, Subari STI Performance Concept diberi `Wings. AP Photo
TEMPO.CO, Tokyo - Produsen mobil merek Subaru, Fuji Heavy Industries, merasa yakin akan meraih keuntungan untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret. Keyakinan itu karena dampak kebijakan di Amerika Serikat yang merupakan pasar terbesar mereka.
Produsen mobil terbesar ketujuh di Jepang ini menjual sekitar 60 persen produknya ke pasar Amerika. Outback, Forester, dan Impreza merupakan mobil yang paling laris di Amerika.
Baca: Dikritik Trump, Toyota Tambah Investasi US$ 10 Miliar di AS
Subaru memiliki pabrik di Indiana, Amerika Serikat, yang tahun lalu kapasitas produksinya sudah ditingkatkan. Perusahaan otomotif itu akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi dua kali lipat pada 2018 mendatang. Namun mayoritas mobil yang dipasarkan masih diproduksi di dalam negeri.
Masalah ekspor otomotif Jepang ke negeri Abang Sam ini menjadi salah satu agenda pembahasan pertemuan bilateral antara Perdana Menteri Shinzo Abe dengan Presiden Donald Trump. Pertemuan kedua pemimpin itu diagendakan akan berlangsung pada minggu ini.
"Perubahan kebijakan perdagangan Amerika bisa berdampak besar terhadap bisnis kami. Karena itu, kami akan terus mengikuti perkembangan dengan saksama," ucap Mitsuru Takahashi, CFO Subaru, seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 8 Februari 2017.
Simak: Komponen Listrik Rusak, BMW Bayar Ganti Rugi Rp 6,4 Triliun
Seperti diberitakan, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan akan mengenakan bea impor tinggi kepada perusahaan global yang berniat membangun pabrik di Meksiko lantas menjual produknya ke Amerika.
Ihwal kinerja, perusahaan memperkirakan akan meraih laba bersih senilai 290 miliar yen (sekitar US$ 2,58 miliar) untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret, naik dari perkiraan awal 278 miliar yen. Namun lebih rendah dari pencapaian tahun lalu senilai 437 miliar yen. Kalangan analis yang dihimpun Thomson Reuters memperkirakan laba bersih perusahaan otomotif itu bisa mencapai 316,5 miliar yen.
SETIAWAN ADIWIJAYA