Penyandang cacat (difable) mengikuti ujian praktek pembuatan SIM D yang di gelar oleh Satlantas Polres Malang Kota di depan kantor Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Kota Malang, Jawa Timur, 8 Oktober 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, London - Mereka yang bertitel sarjana atau pasca sarjana cenderung berulang kali melakukan tes mengemudi untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) daripada mereka yang memiliki ijazah akademis dengan tingkatan yang lebih rendah, menurut sebuah penelitian baru di Inggris.
Baca: Mitsubishi Resmi Perkenalkan Pesaing Toyota Avanza Insurers Privilege DriveXpert melakukan analisis terhadap 1.564 orang yang memiliki SIM di Inggris dan menemukan sebesar 59 persen dari mereka yang tidak memiliki kualifikasi akademik mampu lulus uji mengemudi untuk pertama kalinya.
Orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif yang menggeluti seni di level universitas akan lulus tes mengemudi kendati memerlukan sedikit usaha. Penelitian ini juga menemukan komposisi 1,9 berbanding 2,3 kali percobaan ujian untuk mereka yang mempelajari matematika dan sains.
Studi tersebut menemukan enam dari 10 pengemudi yang tidak memiliki kualifikasi akademik mampu lulus tes pertama kalinya dengan rata-rata 1,7 percobaan untuk mendapatkan SIM.
Sebaliknya, hanya separuh orang dengan kualifikasi akademik menengah dan tinggi yang mampu lulus pertama kali, dengan rata-rata 1,8 percobaan.
Orang-orang yang menyandang gelar sarjana memiliki tingkat lulus ujian SIM lebih rendah sebesar 48 persen dan yang memiliki gelar pasca sarjana, angkanya sebesar 47 persen.
Charlotte Fielding, kepala Privilege DriveXpert mengatakan lulus saat pertama kali (ujian SIM) bukanlah dengan mengeluarkan segala kemampuan mengemudi. Banyak keterampilan utama yang dibutuhkan untuk melengkapi diri sendiri karena mengemudi dipelajari selama bertahun-tahun melalui pengalaman yang dibangun di jalan".
"Penelitian ini menunjukkan hubungan antara kesuksesan akademik dengan profesional yang lulus dalam tes mengemudi," sambung Fielding.
Selain itu, lokasi juga menjadi faktor penting. Menurut studi pada 2016 oleh Privilege Car Insurance, menemukan bahwa mereka yang ujian di pinggiran timur London mengalami kemungkinan dua kali kegagalan.
Dr Lee Hadlington, dosen senior psikologi di De Montfort University mengatakan kepada Daily Mail,mereka yang tidak memiliki kualifikasi formal berperan dengan lebih bergantung pada keterampilan prosedural seperti kontrol mesin, sehingga kemungkinan lebih sesuai untuk aktivitas seperti lulus ujian mengemudi.
Baca: Alasan Pajak Sedan akan Dikurangi Sebuah studi perusahaan penjualan mobil Auto Trader dan sekolah mengemudi RED pada 2016 juga menemukan usia rata-rata memulai belajar mengemudi adalah sebelum usia 26 tahun, demikian dilansir dari Independent.
ANTARA