.
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah beberapa waktu lalu mengumumkan teknologi mesin bensin yang efisien, Mazda baru-baru ini mengajukan paten teknologi berupa mesin dengan dua turbo dan supercharger listrik.
Sejumlah media mengungkapkan, gagasan teknologi tersebut sebenarnya bukanlah hal baru. Beberapa tahun lalu, pabrikan asal Swedia, Volvo, juga membuat rancangan teknologi yang hampir serupa, yakni motor 4-silinder 2.0 liter.
Namun, berbeda dengan Volvo yang tidak melanjutkan usahanya sampai ke lini produksi, usaha Mazda yang mematenkan teknologinya itu dimaknai sebagai langkah awal membawa produknya masuk ke pasar.
Ide dasar teknologi ini sejatinya sangat simpel dan cerdas. Supercharger listrik digunakan untuk membangun tekanan saat rentang putaran mesin (rev) rendah, menghilangkan jeda turbo, ketika turbo klasik meningkatkan efisiensi dan memberi lebih banyak tenaga pada putaran yang lebih tinggi.
Secara alamiah, intercooler digunakan untuk mendinginkan asupan udara yang dihembuskan dari supercharger listrik dan turbocharger.
Baca: Tren Mobil Listrik, Mazda Umumkan Teknologi Baru Mesin Bensin
Hal yang menarik tentang teknologi ini adalah secara jelas akan dipakai untuk mobil berpenggerak roda depan. Secara teoritis, bisa saja dipakai pada Miata. Tetapi hal itu sedikit rumit dan kemungkinan terlalu powerfull untuk Miata.
Media otomotif seperti motor1.com dan motortrend.com mengungkapkan sejumlah kemungkinan setelah Mazda mematenkan teknologi tersebut. Pertama, kemungkinan bahwa mesin terbaru ini akan dipakai untuk model mobil sport yang lebih bertenaga yang sejauh ini belum diluncurkan, seperti pengganti RX-8 tanpa mesin Rotari.
Kemungkinan lain, secara teoritis, mesin tersebut adalah jalan masuk ke jajaran atas SUV dengan penggerak roda depan.
Hal lain yang juga bisa terjadi adalah bahwa teknologi tersebut tidak dimaksudkan untuk diproduksi. Mazda bisa saja menjual lisensi ke pabrikan lain dan bukan menambahkan triple charged RX-9 ke jajaran produknya.