Pesepeda melintas di depan deretan mobil yang di parkir di pelabuhan mobil Tanjung Priok, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Indonesia mencatat ekspor kendaraan dan suku cadangnya meningkat 5,5 persen (year on year/YoY) terutama terjadi pada negara tujuan Arab Saudi, Filipina, dan Jepang. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Hengkangnya sejumlah pabrikan otomotif dari Australia memunculkan peluang bagi produsen kendaraan di dalam negeri untuk meningkatkan ekspor. Namun upaya ekspor itu memiliki beberapa hambatan.
Selain belum adanya perjanjian perdagangan di antara kedua negara, kualitas kendaraan di Negeri Kanguru itu berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh Indonesia. Tak hanya itu, model yang paling dominan di Australia adalah sedan dan sport utility vehicle (SUV) berukuran kecil. Namun, yang menjadi masalah, Indonesia sampai saat ini hanya mampu memproduksi secara massal multi purpose vehicle (MPV).
Baca: Begini Sensasi Mengendarai Suzuki GSX R 150 Indonesia Jadi Basis Produksi Suzuki GSX 150 CC di Dunia
“Australia itu sangat potensial, tapi yang dominan di sana sedan dan SUV kecil,” kata Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono di Jakarta, Jumat, 27 Januari 2017.
Terhitung sejak tahun lalu, setidaknya ada tiga perusahaan yang menutup pabriknya di Australia, yakni Ford Motor Co, General Motors Co, serta raksasa otomotif asal Jepang, Toyota Motor Corp.
Simak: Ini Alasan Yamaha Memilih All New R15 Bermesin SOHC Nissan Tukar Mobil Lama Jadi Baru Toyota Indonesia sendiri belum memastikan apakah akan mengekspor produknya ke negara tersebut. Sebab, saat ini perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) masih dalam tahap pembahasan.